Manajemen Isu dan Krisis Public Relation

LAPORAN MANAJEMEN ISU DAN KRISIS PUBLIC RELATION
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Public Relation
 Semester 5 pada Program Studi Diploma IV Administrasi Bisnis

Disusun Oleh :
Erick Ferdinal                       (125254013)
Novia Grestianti                    (125254025)
Nurhikmah                            (125254027)














PROGRAM STUDI D4 ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014




ABSTRAK


Setiap organisasi berpotensi mengalami krisis, tak terkecuali dengan Perusahaan atau Lembaga. Krisis dapat terjadi karena kesalahan internal organisasi, seperti kesalahan prosedur dan tindakan oknum dalam organisasi yang tidak bertanggung jawab. Menurut K. Fearn-Banks krisis sebagai “Suatu kejadian penting dengan hasil akhir cenderung negatif yang berdampak baik terhadap sebuah organisasi, perusahaan atau industri, maupun terhadap publik, produk, servis atau reputasinya” dan menurut Pauchant & Mitroff mengatakan bahwa krisis merupakan “sebuah gangguan yang secara fisik memberikan dampak pada suatu sistem sebagai suatu kesatuan serta mengancam asumsi dasarnya, kesadaran subjektif akan dirinya serta pusat keberadaannya” krisis juga terjadi karena adanya faktor sebagai berikut : karena bencana alam, kecelakaan industri, produk yang kurang sempurna, persepsi publik, hubungan kerja yang buruk, kesalahan strategi bisnis, terkait masalah kriminal, pergantian manajemen dan karena persaingan bisnis.


Kata Kuci: Krisis public relation, Manajemen Isu dan Media komunikasi







KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan Rahmat-Nya , sehingga Laporan yang berjudul “Laporan Manajemen Isu dan Krisis Public Relation” dapat penulis selesaikan. Tak lupa shalawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, sahabat-sahabatnya, tabiit-tabiitnya sampai kita selaku umatnya.
            Laporan ini merupakan tugas yang disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah di Semester 5 yaitu Public Relation. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan kendala, namun berkat bantuan dari banyak pihak dalam bentuk motivasi pengarahan maupun informasi, maka laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
            Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan sehingga hasilnya masih jauh dari sempurna. Untuk itu, demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
            Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia.



Bandung, Oktober 2014


Peyusun


DAFTAR ISI













                                                                                          


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


      Public relations adalah seni menciptakan pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu/ organisasi. Menurut IPRA (International Public Relations Association) PR adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini public di antara mereka.Sebagai sebuah profesi seorang PR bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi.
      .Seorang PR selanjutnya diharapkan untuk membuat program-program dalam mengambil tindakan secara sengaja dan terencana dalam upaya mempertahankan dan memelihara pengertian bersama antara organisasi dan masyarakatnya.
      Posisi PR merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh suatu manajemen organisasi. Sasaran humas adalah publik internal dan eksternal, dimana secara operasional humas bertugas membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya dan mencegah timbulnya rintangan psikologis yang mungkin terjadi di antara keduanya.

 1.2 Identifikasi Masalah

§  Apakah perbedaan isu manajemen dengan krisis Public Relation?
§  Bagaimana menangani terjadinya isu manajemen?
§  Bagaimana menangani terjadinya Krisis Public Relation?
§  Apa yang dimaksud dengan Media komunikasi untuk menangani isu dan krisis Public Relation?

1.3 Tujuan

Tujuan membuat laporan ini adalah sebagai berikut :
§  Mengetahui perbedaan isu manajemen dan krisis PR
§  Mengidentifikasi terhadap isu dan krisis PR
§  Lebih memperdalam pengetahuan tentang pekerjaan Public Relation
§  Mengetahui bagaimana hubungan PR dengan media komunikasi

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
§  Bagi penulis, menambah pengetahuan penulis mengenai isu manajemen dan krisis public relation.
§  Bagi penulisan selanjutnya, sebagai acuan terutama penulisan yang berkaitan dengan isu manajemen dan krisis public relation.








BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Krisis

Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis, yang berarti “keputusan”. Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang harus dilakukan. Bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau  melarikan diri
Dalam bahasa China, krisis diucapkan dengan wei-ji dan mempunyai dua arti yaitu “bahaya” dan “peluang” . two side in the same coin.
Krisis public relation adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan. Banyak perusahaan berfikir bahwa krisis PR hanya akan menyerah perusahaan besar, padahal krisis dapat menyerang siapa saja.
Steven Fink dalam “Crisis Management Planning for the Invetable” mendefinisikan krisis sebagai berikut.
“A crisis is unstable time or state of affairs in which a decisive change is impending-either one with the distinct possibility of a highly desirable and extremely positive outcome, or one with the distinct possibility of a highly undesirable outcome. It is usually a 50-50 proportion but you can improve the odds.”
Krisis pada dasarnya adalah sebuah situasi yang tak terduga, artinya organisasi umumnya tidak dapat menduga bahwa akan muncul situasi yang dapat mengancam keberadaannya. Sebagai ancaman, ia harus ditangani secara cepat agar organisasi dapat berjalan normal kembali. Untuk itu, Holsti melihat krisis sebagai “situasi yang dikarakterisasikan oleh kejutan, ancaman besar terhadap nilai-nilai penting, serta waktu memutuskan yang sangat singkat”. Krisis membawa keterkejutan dan sekaligus mengancam nilai-nilai penting organisasi serta hanya ada waktu yang singkat untuk mengambil keputusan.
           
Steven Fink dalam “Crisis Management Planning for the Invetable” mendefinisikan krisis sebagai berikut.
A crisis is unstable time or state of affairs in which a decisive change is impending-either one with the distinct possibility of a highly desirable and extremely positive outcome, or one with the distinct possibility of a highly undesirable outcome. It is usually a 50-50 proportion but you can improve the odds.
Jika dalam bahasa Indonesia “Krisis adalah waktu yang tidak stabil atau keadaan di mana perubahan yang menentukan adalah yang akan datang-salah satu dengan kemungkinan yang berbeda dari hasil yang sangat diinginkan dan sangat positif, atau satu dengan kemungkinan yang berbeda dari hasil yang sangat tidak diinginkan. Biasanya 50 berbanding 50  tetapi Anda dapat meningkatkan peluang"
Shrivastava & Mitroff mendefinisikan krisis perusahaan sebagai “peristiwa yang mengancam tujuan terpenting untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan”. Krisis, menurut mereka diasosiasikan dengan kerusakan yang berskala luas terhadap kehidupan manusia, lingkungan alam dan institusi sosial dan politik.
Pauchant & Mitroff mengatakan bahwa krisis merupakan “sebuah gangguan yang secara fisik memberikan dampak pada suatu sistem sebagai suatu kesatuan serta mengancam asumsi dasarnya, kesadaran subjektif akan dirinya serta pusat keberadaannya”. Menurut mereka, krisis biasanya memiliki tiga dampak, yaitu ancaman terhadap legitimasi organisasi, adanya perlawanan terhadap misi organisasi serta terganggunya cara orang melihat dan menilai organisasi.
C.G. Linke melihat krisis sebagai ketidaknormalan dari konsekuensi negatif yang meng-ganggu operasi sehari-hari sebuah organisasi. Menurutnya, sebuah krisis akan berakibat pada adanya kematian, menurunnya kualitas kehidupan dan menurunnya reputasi perusahaan.
Bagi Laurence Barton, sebuah krisis adalah peristiwa besar yang tak terduga yang secara potensial berdampak negatif terhadap baik perusahaan maupun publik. Peristiwa ini mungkin secara cukup berarti merusak organisasi, karyawan, produk dan jasa yang dihasilkan organisasi, kondisi keuangan dan reputasi perusahaan.
Michael Regester & Judy Larkin  mendefinisikan krisis sebagai sebagai sebuah peristiwa yang menyebabkan perusahaan menjadi subjek perhatian luas (cenderung tidak menyenangkan) dari media nasional dan internasional serta kelompok-kelompok seperti pelanggan, pemegang saham, karyawan & keluarga mereka, para politisi, serikat perdagangan serta kelompok-kelompok penekan yang, dengan suatu alasan atau lebih, memiliki kepentingan yang dibenarkan terhadap kegiatan-kegiatan organisasi.
Dalam kamus Webster, krisis didefinisikan sebagai “suatu titik balik untuk menuju keadaan lebih baik atau lebih buruk”. Jadi dari suatu situasi ini, perusahaan dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk. Contoh perusahaan yang menjadi lebih baik setelah krisis adalah Johnson & Johnson yang berhasil mengatasi kasus racun sianida dalam Tylenol, salah satu produk obat sakit kepala unggulannya sehingga reputasi perusahaannya justru terangkat.
Apakah sebuah krisis akan menjadikan organisasi menjadi lebih baik atau lebih buruk sangat tergantung pada bagaimana pihak manajemen mempersepsi dan kemudian merespon situasi tersebut atau sangat tergantung pada pandangan, sikap dan tindakan yang diambil terhadap krisis tersebut. Sebuah krisis mungkin dapat ditangani dengan segera dengan melibatkan sedikit orang, tetapi krisis lain mungkin harus ditangani dengan mengerahkan sebagian besar sumber daya yang dimiliki organisasi
Krisis tidak pandang bulu dan bisa menimpa siapa saja. Seperti kata Barton: “Krisis menyerang korporasi, organisasi non profit, badan-badan pemerintahan, servis, perusahaan hingga keluarga”. Setiap organisasi sangat punya peluang untuk mengalami krisis.
Pinsdorf menambahkan bahwa “tidak ada satu perusahaan pun yang kebal terhadap krisis, tetapi dengan riset, perencanaan dan pelatihan yang penuh kewaspadaan, biasanya krisis dapat dikelola dan dikurangi dampaknya.”
Jadi, krisis adalah suatu keadaan yang tidak stabil dimana bahaya dan peluang bisa datang dengan peristiwa besar (ancaman) yang tak terduga yang secara potensial berdampak negatif terhadap baik perusahaan maupun publik yang menyebabkan perusahaan menjadi subjek perhatian luas (cenderung tidak menyenangkan) dari media nasional dan internasional.

Institute of Crisis Management mendefinisikan krisis sebagai berikut.
Krisis juga dianggap sebagai “turning point in history line” yaitu suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh signifikan, kearah negatif maupun positif, tergantung reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok masyarakat, atau suatu bangsa.
            Jika dipandang dari kacamata bisnis suatu krisis akan menimbulkan hal-hal berikut:
1.      Intensitas permasalahan akan bertambah
2.      Masalah akan menjadi sorotan publik baik melalui media masa, atau informasi dari mulut ke mulut.
3.      Masalah akan mengganggu kelancaran bisnis sehari-hari
4.      Masalah mengganggu nama baik perusahaan
5.      Masalah dapat merusak sistem kerja dan mengguncang perusahaan secara keseluruhan
6.      Masalah yang dihadapi selain membuat perusahaan menjadi panik, tidak jarang juga membuat masyarakat menjadi panik
7.      Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi.
Tabel berikut adalah ciri-ciri perusahaan yang berada dalam krisis.
Keadaan Fisik
Tidak terurus, lampu redup, toilet kotor, seragam petugas lama tak berganti, mobil tua, pabrik bekerja dibawah titik optimal.
SDM
Malas, datang dan pulang seenaknya, pemimpin jarang hadir, banyak terlihat tidak bekerja dan kongko-kongko. Tenaga yang bagus-bagus sudah keluar.
Produk Andalan
Hampir tidak ada. Hanya menyelesaikan yang sudah ada saja. Banyak retur dan defect.
Konflik
Hampir setiap hari terdengar, Perasaan resah dimana-mana.
Energi
Hampir tidak ada.
Demo Karyawan
Tinggi, rasa takut terkena PHK.
Proses Hukum
Meningkat dan datang dari mana-mana.
Bagian Keuangan
Hidup dalam suasana stres. Dikejar tagihan-tagihan yang tak terbayar dan oleh debt collector.
Sumber : Rhenald Kasali, Change. Gramedia, 2005, hal 89.

2.1.1 Manajemen Krisis

Manajemen krisis dapat dimanfaatkan di semua bidang tetapi umumnya digunakan dalam hubungan internasiona, politik, bisnis, dan manajemen. Banyak perusahaan kini sudah memiliki manual crisis plan atau petunjuk menghadapi krisis. Hal ini penting untuk membantu mengidentifikasi kemungkinan terjadinya krisis, seperti kebakaran, bencana alam ancaman bom, kekerasan, dan kemungkinan jatuhnya korban akibat kesalahan produk.
Teori manajemen krisis umumnya didasarkan atas bagaimana menghadapi krisis (crisis bergaining and negotiating), membuat keputusan disaat krisis (crisis decition making), dna memantau perkembangan krisis (crisis dynamics). Dalam situasi krisis, usahakan tetap tenang dan pertimbangkan dengan matang keputusan yang akan diambil karena akan menjadi taruhan reputasi Public Relations.
Tiga jenis krisis yang terdapat dalam bisnis adalah sebagai berikut.

2.1.2 Krisis Keuangan

Krisis keuangan adalah krisis yang terjadi karena perusahaan mempunyai masalah cash flow atau likuiditas jangka pendek dan kemungkinan pailit di masa datang. Krisis keuangan yang terjadi di amerika sepanjang 208 membuat banyak perusahaan bangkrut. Sebut saja Lehman Brothers, AIG, Fanni Mae, Freddy Mac, dan lain-lain.
Tabel berikut memperlihatkan kronologis krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat.
Tanggal
Kejadian
16 Maret
Bank investasi Bear Searn dijual murah hanya pada harga US$ 236juta kepada JP Morgan Chase. Kesepakatan itu diotaki oleh Federal Reserve.
7 September
Departemen Keuangan AS mengambil alih raksasa pembiayaan perumahaan AS, Freddie Mac dan Fannie Mae, sekaligus menjamin utang setiap institusi itu masing-masing hingga US$ 100 Miliar.
15 September
1.      Bank investasi Lehman Brothers mendaftarkan proteksi kebangkrutan, setelah pemerintah AS menolak untuk mem-bail out.
2.      Bank investasi lain , Merril Lynch akhirnya mencapai kesepakatan dengan Bank of America dalam sebuah rencana akuisisi bernilai US$ 50 miliar.
3.      Lembaga pemeringkat menurunkan peringkat utang American International G roup ( AIG).
Perusahaan asuransi terbesar dunia itu harga sahamya anjlok hingga 60,8%, melanjutkan penurunan yang sudah terjadi sebelumnya.
4.      Federal Reverse menyuntikkan US$ 70 miliar ke pasar.
5.      Indeks Dow Jones anjlok hingga 4,42% Indeks FTSE London merosot 3.92%, CAC Paris anjlok 3,78%, dan DAX Frankfurt anjlok 2,74%.

19 September
1.      Pemerintahan AS menyelamatkan AIG dengan menyuntikkan US$ 85 Miliar, dengan imbalan 79,9% saham perusahaan asuransi itu.
2.      Federal Reverse kembali menyuntikkan US$ 50 Miliar ke pasar.
17 September
Saham-saham kembali berjatuhan akibat ketidakpastian ekonomi. Indeks Dow Jones kembali anjlok 4,06%. Bapepam AS melarang aksi short selling di sejumlah saham sektor finansial.
18 September
1.      Federal reserve dan bank-bank sentral dari berbagai dunia menyuntikkan US$ 300 Miliar ke pasar kredit. Saham-saham kembali melonjak berkat kabar meluasnya bail out oleh pemerintah AS, indeks Dow Jones meloncat 3,86%
2.      Setekah penutupan pasar, Menkeu AS Henry Paulson meminta persetujuan dari kongres untuk membeli aset-aset bermasalah yang berhubungan dengan mortgage dari pada lembaga institusi.
19 September
Pemerintah AS mengumumkan rencana penyelamatan krisis finansial senila US$ 700Miliar. The Fed menyuntikkan lagi US$ 20 Miliar ke pasar kredit. Saham-saham menguat dengan Indeks Dow Jones naik hingga 3,35%.
           
Krisis global yang terjadi di Amerika merupakan salah satu krisis keuangan yang terburuk di milenium baru ini. Dana yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi perekonomian Amerika sebesar USD 700miliar atau setara dengan Rp.6.500 triliun ( dibandingkan dengan krisis keuangan Indonesia tahun 1998-1999 yang memakan biaya sekitar Rp.650 triliun ). Bantuan dana talangan ini diputuskan melalui perdebatan panjang selama dua pekan, melibatkan para anggota kongres dan kantor kepresidenan.

2.1.3 Krisis Publik

            Krisis Public Relation sering disebut juga sebagai krisis komunikasi, terjadi karena pemberitaan negatif yang kemudian berimbas buruk pada bisnis perusahaan, pemberitaan media atau isu yang beredar bisa jadi benar atau mungkin saja tidak, tetapi berpotensi mempengaruhi citra seseorang atau perusahaan.
Salah satu tugas PR adalah mengklarifikasi pemberitaan di media yang tdak seimbang atau yang memojokkan perusahaan.

2.1.4 Krisis Strategi

Krisis strategi ( Strategic crisis ) adalah perubahan dalam lingkungan bisnis yang menyebabkan kelangsungan hidup perusahaan menjadi terganggu. Perusahaan sebaiknya selalu memiliki rencana dalam menghadapi krisis dan menghindari keputusan yang justru akanmembuat perusahaan terperosok lebih jauh dalam krisis. Mereka harus tahu skenario terburuk yang akan terjadi dan mempunyai contingency plan dalam menghadapinya.

2.1.5 Faktor Penyebab Krisis

Krisis tidak bisa dideskripsi datangnya. Jalan terbaik untuk menghadapinya adalah membuat perencanaan. If you want peace, prepare for war.
Berikut dijelaskan sembilan jenis krisis berdasarkan penyebabnya :
a.       Krisis karena bencana alam
Tipe paling relevan dari krisis adalah yang disebabkan oleh bencana alam. Bencana alam, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan kebakaran dapat terjadi di lingkungan sekitar kita dan manusia selalu tidak berdaya menghadapinya.
Banyak negara telah merasakan dampak dari bencana alam. Amerika pernah diserang badai Katrina, Australia dilanda kebakaran hutan hebat, dan indonesia digulung Tsunami di Aceh dan digoyang gempa di Jogjakarta.
Selain menelan korban jiwa, bencana meluluhlantahkan seluruh sendi-sendi kehidupan. Selain menelan korban jiwa, rumah dan gedung perkantoran hancur, jalan rusak, listrik mati, air bersih langka, dan merebaknya penyakit. Ambruknya perekonomian adalah multiplier effect dari bencana alam. Cost recovery untuk daerah yang terkena krisis yang sangat besar.
b.      Krisis karena kecelakaan industri
Krisis karena kecelakaan industri cukup bervariasi, mulai dari mesin yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kebakaran, hingga kecelakaan kerja. Jika krisis ini terjadi maka perusahaan harus memberikan perhatian secara penuh dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Kecelakaan industri yang dapat menyebabkan kematian biasanya menjadi ‘magnet bagi media’.
Banyak perusahaan berada dalam krisis karena masalah ini, sebut saja semburan lumpur Lapindo yang mnegakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, kebocoran ga disebuah hypermarket yang mengakibatkan beberapa orang pingsan, dan yang paling mutakhir adalah meledaknya depo pertamina Plumpang.
c.       Krisis karena produk yang kurang sempurna
Dalam bisnis perusahaan menghasilkan produk yang terdiri dari barang (goods) dan jasa service (service). Barang dan jasa juga memiliki potensi krisis. Hal ini mungkin saja terjadi karena produk yang dihasilkan cacat (defect) atau kurang sempurna. Walaupun sebelumnya perusahaan telah melakukan riset dan teknik pengembangan produk.

d.      Krisis karena persepsi publik
Saat krisis terjadi, perusahaan yang mengalaminya mungkin akan menjumpai krisis lain karena krisis yang terjadi sebelumnya tidak teratasi dengan baik. Inilah yang menyebabkan potensi kerugian menjadi berlipat ganda, baik dari segi keuangan maupun moral karyawan karena citra perusahaan yang terus memburuk.
Krisis karena persepsi publik biasanya disebabkan karena perusahaan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat atau yang bertentangan dengan keinginan dan kepentingan publik.

e.       Krisis karena hubungan kerja yang buruk
Hubungan kerja yang buruk antar pekerja dan perusahaan dapat menjurus pada krisis besar. Krisis ini dapat mengarah pada kondisi tidak terkendali yang serius dalam operasional perusahaan. Kekuatan buruh terkadang dapat memaksa industri untuk tutup sehingga perusahaaan terpaksa bertindak agresif. Hubungan antara buruh dan perusahaan seharusnya dijaga agar tidak sampai pada level seling merusak.

f.       Krisis karena kesalahan strategi bisnis
Penyebab utama dari krisis ini adalah perencanaan atau implementasi strategi bisnis yang keliru atau tidak tepat, yang dilakukan oleh manajeme. Krisis jenis ini biasanya tidak dapat diprediksi sebelumnya. Hal ini terjadi karena pergeseran pasar mendadak yang tidak diantisipasi oleh manajemen, kegagalan untuk menyesuaikan dengan kebijakan pasarm krisis global yang secara tidak langsung berimbas pada bisnis perusahaan.
Walaupun tidak dapat diprediksi sebelumnya, manajemen harus bertanggung jawab atas krisis tersebut.

g.      Krisis karena terkait masalah kriminal
Krisis yang terkait masalah kriminal belakangan ini sering terjadi. Krisis jenis ini merupakan ancaman besar untuk beberapa industri seperti pariwisata, perbankan, penerbangan.
Contoh krisis ini, antara lain terorisme, pembajakan, kekerasan, perjudian, pemalsuan, dan pencurian. Krisis ini membutuhkan respon yang tepat karena menjadi ‘magnet media’.
h.      Krisis karena pergantian manajemen
Kadang-kadang perubahan dalam organisasi dianggap sebagai suatu krisis. Beberapa perusahaan menempatkan CEO mereka sebagai fitur penting yang tidak tergantikan sehingga kepergiannya betul-betul menimbulkan krisis. Beberapa perusaahan perlu menyiapkan rencana pergantian pimpinan sehingga krisis semacam itu tidak perlu terjadi.

i.        Krisis karena persaingan bisnis
Ketatnya persaingan bisnis dapat menyebabkan persaingan bisnis ini menjadi semakin sering terjadi . beberapa perusahaan ini yang memonopoli pasar dapat mengontrol pasar dan menyerang pesaing secara frontal. Hal inilah yang menyebabkan pesaing rugi dan harus mengeluarkan banyak uang untuk bangkit dan membangun kembali nama dan reputasi mereka.

2.2  Manajemen Isu

2.2.1 Definisi Manajemen Isu

Terminologi “issues management” pertama kali dipublikasikan oleh W. Howard Chase pada tanggal 15 April 1976 dalam newsletter-nya “Corporate Public Issues and Their Management” Volume 1 No. 1. Newsletter tersebut, sekarang sering disebut CPI, menyebutkan bahwa tujuan-tujuan manajemen issue adalah untuk memperkenalkan dan memvalidasikan suatu penetrasi dalam desain dan praktek manajemen korporat dengan tujuan untuk setidaknya mengelola issue publik korporat sebaik atau bahkan lebih baik dibandingkan manajemen tradisional dari operasional yang hanya memikirkan keuntungan saja. Ia juga berkata bahwa isi newsletter-nya akan menggiring pembacanya pada revisi dasar atas praktek-praktek yang berbiaya tinggi dan tak sesuai dari jajaran staff manajemen tradisional. Ditambahkannya bahwa pada masa ini hanya ada satu manajemen dengan satu tujuan: bertahan hidup dan kembali pada kapital yang cukup untuk memelihara produktivitas, apapun iklim ekonomi dan politik yang tengah berlangsung. (Caywood, 1997:173).
Bersama rekannya, Barry Jones, Chase mendefinisikan “Manajemen Issue” sebagai ‘sebuah alat yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengelola berbagai issue yang muncul ke permukaan (dalam suatu masyarakat populis yang mengalami perubahan tanpa henti) serta bereaksi terhadap berbagai issue tersebut sebelum issue-issue tersebut diketahui oleh masyarakat luas.’ (Regester & Larkin, 2003:38).
Di tahun 1992 pada acara “Public Relations Colloquium” yang disponsori oleh firma public relations dari Nuffer, Smith, Tucker, Inc. San Diego State University dan Northwestern University’s Medill Scholl of Journalism, sekelompok praktisi PR mengembangkan sebuah definisi yang beorientasi pada tujuan:
“Manajemen issue adalah proses manajemen yang tujuannya membantu melindungi pasar, mengurangi resiko, menciptakan kesempatan-kesempatan serta mengelola imej sebagai sebuah aset organisasi bagi manfaat keduanya, organisasi itu sendiri serta stakeholder utamanya, yakni pelanggan/konsumen, karyawan, masyarakat dan para pemegang saham”. (Caywood, 1997:173)

2.2.2 Definisi Isu

Kita tidak akan mudah memahami terminologi “Manajemen Issue” di atas tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dimaksud dengan issue (bukan terjemahan dari gossip/ rumour).
Menurut dua pakar di AS, Hainsworth dan Meng, sebuah issue muncul “sebagai suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang dilakukan, atau diusulkan untuk dilakukan, oleh satu atau beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau kriminal, atau dapat menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan legislative atau perundangan.” Chase & Jones menggambarkan “issue” sebagai ‘sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya’ (‘an unsettled matter which is ready for decision’). Pakar lain mengatakan bahwa dalam bentuk dasarnya, sebuah “issue“ dapat didefinisikan sebagai ‘sebuah titik konflik antara sebuah organisasi dengan satu atau lebih publiknya’ (‘a point of conflict between an organization and one or more of its audicences’). (Regester & Larkin, 2003:42).
Sementara Heath & Nelson (1986) mendefinisikan “issue” sebagai ‘suatu pertanyaan tentang fakta, nilai atau kebijakan yang dapat diperdebatkan’ (‘a contestable question of fact, value or policy’).
Jadi Isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang diambil keputusannya yang mengacu pada sebuah titik antara sebuah organisasi dengan satu atau lebih publiknya yang mengakibatkan suatu kesenjangan antara praktek korporat dengan harapan-harapan para stakeholder.

2.2.3 Pendekatan manajemen isu

1.      Pendekatan Sistem (System Approach)
-          Manajemen isu berupaya meminimalisasi “kejut-an” dengan berfungsi sebagai sistem peringatan dini (early warning system) bagi ancaman potensial. Kegiatan ini meliputi pemindaian lingkungan ) environment scanning) untuk mendapatkan informasi bagi pembuatan keputusan organisasi dan menentukan respons organisasi

2.      Pendekatan Stratejik (strategic reduction of uncertainty approach)
-          Pendekatan ini mempertimbangka berbagai faktor seperti kajian keputusan stratejik. proses organisai,perilaku manajemen dan prilaku sosio-politik untuk mengembangkan suatu pemahaman atas peristiwa yang terjadi dan aksi organisasi
3.      Pendekatan Restoris (Retborical approach)
-          Pendekatan ini muncul sebagai respons terhadap model manajemen isu.
-          Pendekatan model proses manajemen isu berasumsi bahwa organisasi memiliki wewenang yang sama dengan pemerintah kerika berhubungan  dengan penciptaan kebijakan publik
4.      Pendekatan terintegrasi.
-          Pendekatan ini  menjelaska bahwa dialog aktif atau keterlibatan antara organisasi dengan publiknya merupakan cara yang paling efektif dalam mengelola isu.

2.2.4 Proses Manajemen Isu

-          Manajemen isu strategis adalah tanggung jawab seluruh organisasi. Tanggung jawab tersebut melintasi semua unit kerja. Kerangka manajemen isu melibatkan tiga fungsi, yaitu :
1.      Pengumpulan/pemantauan intelijen dan infprmasi;
2.      Menganalisis informasi dan mengelompokka masalah (issue classificaton)
3.      Mengambil tindakan dan mengevaluasi hasil (taking action and evaluating the results)

-          Proses manajemen isu adalah proses mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam suatu organisasi. Menggunakan proses manajemen isu, kita dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat sebelum isu memiliki dampak yang tidak diinginkan.
-          Proses manajemen isu akan membantu :
1.      Mengidentifikasi isu
2.      Menentukan dampak dari tiap isu
3.      Membuat prioritas isu dan melaporkan stasus pengembangan isu
4.      Meninjau semua masalah dan memutuskan suatu tindakan
5.      Mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dengan cepat

2.2.5 Daur hidup Isu

Dalam sebuah model yagn dikembangkan oleh Hainswoth & Meng. Proses isu dapat digambarkan sebagai siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu :
A.    Tahap 1 : Potential Stage
Sebuah isu muncul ke permukaan ketika sebuah organisasi atau kelompok meraasa berkepentingan terhadap suatu masalah.  Bisa juga muncul sebagai konsekuendi perkembangan tau perubahan tren politik, undang-undang, ekonomi dan sosial
B.     Tahap 2 : Emerging Stage
Tahap ini mengindikasikan terjadinya tekanan terhadap organisasi akibat sebuah isu. Dalam banyak kasus tekanan ini adalah akibat dari reaksi sekompok masyarakat yang mulai memberikan perhatian pada  dan melegitimasi isu yang beredar.

C.     Tahap 3 & 4 : Current Stage dan Crisis Stage
Pada fase current stage, isu telah berkembang dan menunjukan dampak serius. Menjadi sulit untuk merubah isu karena sudah menjadi opini publik dan menyebar dengan intensitas yang luar biasa tinggi. Perubahan dari Status Current Stage menjadi Crisis Stage sangatlah cepat, dalam situasi ini sangatlah myngkin institusi formal seperti pemerintah ikut campur tangan dalam penyelesaian krisis yang terjadi
D.    Tahap 5 : Dortmand Stage (Resolution)
Sekali sebuah isu mendapatkan perhatian publik, maka usaha untuk meredakan dampaknya menjadi lebih lama dan mahal. Setelah mencapai  puncaknya, sebuah isu cepat atau lambat akan hilang dimakan waktu atau teralihkan oleh isu lain yang lebih panas.

2.3 Pengertian Media

            Media adalah segala bentuk saluran yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dan pesan. Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indra kita. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak akan kita alami secara langsung.
            Fungsi media massa secara umum adalah sebagai berikut :
§  Media massa memiliki berbagai fungsi bagi publik atau khalayak, media massa memiliki peran untuk menghimpun berbagai informasi penting dan bernilai berita. Untuk kemudian disebarkan ke masyarakat luas, dengan begitu media massa bersifat dinamis. Selalu ada hal baru yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
§  Media massa juga memberikan pelajaran, pengetahuan atau edukasi bagi masyarakat.
§  Media massa menjadi sarana hiburan bagi masyarakat, media massa hadir untuk memberikan hiburan bagi masyarakat, karena hiburan juga menjadi kebutuhan bagi publik.
§  Selain itu media massa juga menjadi aspirasi bagi publik dan menjadi alat kontrol di negara-negara demokrasi, menjadi pilar keempat dalam sistem demokrasi, setelah Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Media massa mengkritisi setiap kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah, menjadi pembela kebenaran dan keadilan dan melaporkan hal berdasarkan fakta dan data.
            Media dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media terdiri dari dua, yaitu media cetak dan elektronik. Kelompok media cetak yaitu seperti surat kabar, majalah, brosur, pamphlet, bulletin, dan lain-lain. Sedangkan media elektrionik adalah televisi, radio, website, dan lainnya.
            PR membutuhkan media sebagai alat pendukung untuk terciptanya komunikasi atau penyampaian pesan yang efektif, mulai dari level top manajemen kepada bawahannya serta sebaliknya. Pengertian Media PR dalam ilmu komunikasi adalah sarana penghubung yang dipergunakan oleh seorang PR (mewakili organisasi) dengan publiknya, yaitu internal maupun eksternal untuk membantu pencapaian tujuan.
            Saat krisis terjadi, PR harus berterus terang menjawab pertanyaan media. Pertanyaan yang sering ditanyakan media dikala krisis, antara lain sebagai berikut :
1.      Penyebab Krisis
2.      Siapa yang bertanggung jawab atas krisis yang terjadi
3.      Besarnya ganti rugi yang diberikan kepada publik yang menjadi korban.
            Berikut ini beberapa jawaban yang dapat disampaikan saat menghadapi serbuan media.
1.      “Kami baru mempelajari krisis yang terjadi dan saat ini kami sedang berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai krisis secara lengkap”.
2.      “Kami tidak akan berspekulasi mengenai penyebab insiden tersebut.”
3.      “Kami tidak memiliki otoritas untuk menjelaskan krisis yang terjadi. Nanti akan kami sampaikan kepada pimpinan yang berwenang dan segera menghubungi anda kembali.”
4.      “Saat ini kami sedang mempersiapkan pernyataan untuk media. Kami akan kirimkan pada Anda melalui fax atau e-mail dalam dua jam mendatang.”
            Itulah beberapa contoh jawaban-jawaban alternative yang bisa dipakai saat media massa memberikan pertanyaan mengenai krisis yang terjadi. Yang terpenting jangan membuat statement seakan-akan pihak perusahaan tidak mau bekerjasama seperti menyebutkan “no comment”.
            Beberapa persiapan yang dapat dilakukan sebelum bertemu dengan media, yaitu :
1.      Mengumpukan fakta
2.      Jangan Panik
3.      Tidak memiliki juru bicara di luar organisasi yang dapat menjawab pertanyaan media
4.      Menyeimbangkan isu hukum
5.      Menjaga citra organisasi

2.4 Pengertian Media Relations

            Media Relations atau hubungan media adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun provesi PR suatu organisasi, untuk menjalin pengertian dan hubungan baik dengan media massa, dalam rangka pencapaian publikasi organisasi yang maksimal serta berimbang.

2.4.1 Fungsi dan Tujuan Media Relation

            Philip Lesley, mengemukakan fungsi PR dalam hubungan dengan pers adalah sebagai berikut :
1)      Fungsi pasif dan pelayanan
2)      Fungsi pasif berarti pihak PR hanya menanggapi permintaan pers dan tidak melakukan inisiatif tertentu.
3)      Fungsi setengah aktif
4)      Secara kontinyu PR mempersiapkan penyebaran info tentang berbagai kejadian di organisasi kepada berbagai media.
5)      Fungsi aktif
6)      Dalam fungsi aktif, PR menggunakan inisiatif dalam mendekati kalangan media.

2.4.2 Media Relations disaat Krisis

Satu-satunya informasi yang bisa diterima oleh masyarakat saat krisis terjadi ialah melalui media pers. Oleh karena itu hubungan dengan media merupakan unsure penting selama komunikasi krisis. Perusahaan harus berusaha untuk jujur dan ramah ketika berhadapan dengan media.

2.5 Merespon Media

            Pada saat krisis, PR harus memastikan bahwa perusahaan sudah secara cepat dan akurat memberikan informasi kepada public. PR bertugas mengkoordinir semua bentuk komunikasi dengan media.
            Selama berada dalam situasi krisis, pimpinan perusahaan, manajer PR, atau karyawan lainnya dapat berperan sebagai juru bicara perusahaan. Semua informasi akan disampaikan oleh juru bicara perusahaan kepada publik dan  media.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam merespon media adalah sebagai berikut :
1.      Langkah Pertama (Persiapan)
a.       Bersiaga dengan cara selalu memantau situasi dampak krisis dan
b.      Memberikan informasi kepada public dan media dengan mengeluarkan pernyataan tertulis atau jumpa pers.
2.      Mengumpulkan Informasi
Agar informasi yang dimiliki oleh PR akurat maka hal-hal yang harus dilakukan oleh PR adalah
a.       Verifikasi semua informasi yang diterima.
b.      Melaporkan setiap informasi baru kepada pimpinan
c.       Membahas informasi yang diterima dengan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya penyelesaian krisis
d.      Mengkoordinir penyebaran informasi dan menyiapkan informasi untuk media.
3.      Mempersiapkan diri untuk media
Sebelum media dating pastikan PR sudah melakukan hal-hal berikut :
a.       Menunjukan juru bicara perusahaan yang akan membaca pernyataan atau bicara selama jumpa pers
b.      Menyiapkan daftar informasi yang diinginkan media dan informasi yang telah diverifikasi
c.       Membahas strategi untuk menjawab pernyataan media
d.      Mempersiapkan ruangan untuk jumpa pers dengan media.
4.      Ketika Reporter Tiba
Tugas PR ketika reporter tiba adalah :
a.       Mengidentifikasi media yang hadir
b.      Memberitahu media mengenai aturan dalam jumpa pers yang dilakukan
c.       Memberitahu media mengenai waktu dan tempat untuk mendapatkan berita yang update untuk saat ini dan yang akan dating
d.      Memeriksa kembali atas pernyataan media
5.      Menindaklanjuti pemberitaan media dan membangun hubungan baik dengan media
a.       Memonitor semua liputan media
b.      Memeriksa dan memberikan koreksi atas kesalahan fakta yang dimuat di media
c.       Memberitahu media mengenai perkembangan baru yang terjadi
d.      Melakukan evaluasi terhadap pemberitaan media.
          Saat krisis terjadi sebaiknya kita harus hati-hati dalam melakukan semua aktifitas perusahaan. Selama krisis sebaiknya lakukan hal-hal berikut:
1.      Hanya informasi yang telah dicek kebenarannya yang boleh diinformasikan kepada media.
2.      Damping media saat meliput di lokasi krisis.
3.      Tunjuk seorang juru bicara.
4.      Simpan catatan yang akurat mengenai semua pernyataan dan liputan berita.
5.      Ketahui deadline media dan usahakan untuk memenuhinya.
6.      Beri kesempatan dan fasilitas yang sama untuk media cetak dan elektronik.
7.      Koordinirkan oerencanaan dan penerapan kegiatan PR dalam menangani krisis secara hati-hati.
Selama krisis sebaiknya tidak melakukan hal-hal berikut:
1.      Secara sembrono membuat spekulasi mengenai sebab-sebab keadaan darurat.
2.      Membuat spekulasi mengenai kelanjutan bisnis perusahaan.
3.      Membuat spekulasi mengenai pengaruh luar dan keadaan darurat.
4.      Membuat spekulasi mengenai nilai kerugian.
5.      Campur tangan dengan tugas-tugas yang sah dari pekerja berita.
6.      Mengijinkan juru bicara yang tidak berwenang untuk memberikan penjelasan kepada media.
7.      Berusaha menutup-nutupi atau secara sengaja menyesatkan media berita.
8.      Menyalahkan keadaan darurat.

2.6 Setelah Krisis Berakhir

Hal-hal yang harus dilakukan setelah krisis berakhir adalah sebagai berikut :
1.      Umumkan akhir dari krisis
Hal ini sangat pentingbagi perusahaan untuk memberi isyarat akhir dari situasi krisis.
2.      Kelanjutan (follow-up)
Tetap berhubungan dengan masyarakat, khususnya mereka yang terlibat secara langsung. Patikan media tetap menginformasikan situasi terbaru atau biarkan mereka tahu bahwa krisis telah berakhir. Tinjau ulang kebijakan internal untuk menghindari terulangnya situasi.
3.      Lakukan tindakan yang baik
Lakukam hal ini segera mungkin setelah krisis jika situasinya memungkinkan.
4.      Evaluasi tim krisis
Setelah krisis berakhir perusahaan, organisasi, atau individu yang mengalaminya perlu melakukan evaluasi. Evaluasi meliputi hasil liputan  media dan kinerja tim serta upaya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis di masa yang akan datang.








 

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 KASUS

 




Dalam video tersebut pada tanggal 07-04-2009 terjadi ledakan di Hotel JW Marrtiot dimana hal tersebut berdampak negatif bagi hotel tersebut, isu pun timbul dan menyebar keseluruh dunia karena hotel JW Marriot adalah Hotel bertaraf internasioal an merupakan salah satu hotel termewah di Indonesia.
            Peristiwa ini juga menjadikan para investor kehilangan kepercayaan untuk menanamkan dana di hotel ini karena mereka menganggap kejadian ini sangat mengganggu stabilitas keamanan sehingga merugikan iklim investasi.
             Bila dikaitkan dengan manejemen isu maka hal yang pertama dilakukan oleh Manajemen hotel adalah melakukan pendekatan sistem dimana pemindaian lingkungan untuk mendapatkan informasi bagi pembuatan keputusan organisasi selanjutnya dalam hal ini pihak manajemen meminta bantuan pihak berwajib untuk menyelidiki siapa dan motif apa yang dilakukan pelaku dalam trage pem-boman tersebut setelah itu.  pihak manajemen pun melakukan kelanjutan  Proses majemen isu dimana manejemen hotel akan
6.      Mengidentifikasi isu
7.      Menentukan dampak dari tiap isu
8.      Membuat prioritas isu dan melaporkan stasus pengembangan isu
9.      Meninjau semua masalah dan meutuskan suatu tindakan
10.  Mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dengan cepat
Untuk mengantisipasi dampak akibat kasus teror bom tersebut Departemen Perhubungan dan Pariwisata dengan segera membentuk tim crisis center beberapa saat pasca kejadian. Langkah cepat tersebut diambil guna mengantisipasi akibat yang lebih serius lagi bagi dunia pariwisata Indonesia.Dengan mengacu pada Standard Operational Procedure (SOP) yang pernah diterapkan pada kasus Bom Bali II, Dephubpar telah menyiapkan langkah-langkah strategis guna pemulihan (recovery) citra pariwisata Indonesia. Langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa Dephubpar telah memilikimanajemen krisis yang baik.

Krisis adalah kejadian-kejadian yang luar biasa dan tidak terduga yang berpotensi menimbulkan dampak (akibat) yang cenderung negatif. Krisis dapatyang dapat menimpa siapa saja, kapan saja. Krisis dapat dipandang sebagai salah satu faktor resiko yang harus diperhitungkan dan dipersiapkan dengan baik. Bagi perusahaan-perusahaan besar, menerapkan manajemen krisis merupakan suatu keharusan. Tanpa kesiapan yang baik, perusahaan akan gagap atau panik menghadapi kejadian yang tidak terduga, sehingga sering salah dalam mengambil tindakan.
Menurut Laurence Barton, sebuah krisis adalah peristiwa besar yang tak terduga yang secara potensial berdampak negatif terhadap baik perusahaan maupun publik. Peristiwa ini mungkin secara cukup berarti merusak organisasi, karyawan, produk dan jasa yang dihasilkan organisasi, kondisi keuangan dan reputasi perusahaan.
Pada Kasus bom JW Marriot tahun 2009 lalu  merupakan peristiwa besar yang tak terduga yang secara potensial berdampak negatif bagi perusahaan hotel JW Marriot ini, begitupun dengan publik yang menjadi takut atau enggan menginap di hotel JW Marriot karena kejadian bom 5 tahun lalu. Peristiwa ini secara cukup berarti merusak organisasi yakni merusak citra atau nama baik JW Marriot yang selama ini dikenal baik oleh masyarakat, karyawan di hotel tersebut juga ada beberapa yang mengalami luka dan meninggal saat kejadian bom tersebut. Hal ini berimbas pada kondisi keuangan yang menurun karena jumlah tamu yang menurun drastis karena kejadian ini, reputasi perusahaan menjadi tidak baik yang menjadi penyebab menurunnya pendapatan di Hotel JW Marriot.
Penyebab krisis dalam sebuah organisasi/perusahaan, dapat timbul dari internal maupun eksternal. Krisis internal biasanya terjadi akibat sistem manajerial organisasi yang buruk, benturan-benturan antar kepentingan internal (karyawan dengan karyawan, karyawan dengan manajemen, manajemen dengan owner,dll). Sedangkan krisis ekternal terjadi akibat benturan organisasi dengan publiknya (kegagalan produk, isu lingkungan, pelayanan yang buruk, human error, dll).
Kegagalan organisasi dalam menghadapi krisis dapat menimbulkan citra negatif yang berdampak pada menurun, bahkan hilangnya kepercayaan publik. Sebaliknya, keberhasilan organisasi dalam menghadapi krisis dapat membuka kesempatan yang jauh lebih besar untuk mendapatkan dukungan publik. Inilah yang disebut kemampuan mengubah krisis menjadi peluang.
Faktor penyebab krisis yang terjadi di Hotel JW Marriot ini adalah karena krisis terkait masalah kriminal, krisis ini belakangan sering terjadi. Krisis jenis ini merupakan ancaman besar untuk perusahaan. Krisis yang terjadi di di hotel JW Marriot ini diduga karena terkait masalah terorisme.
Hal yang perlu dilakukan oleh Hotel JW Marriot adalah sebagai berikut :
1.      Mempersiapkan Contingency plan (anggota tim krisis manajemen yang dapat di bentuk dalam waktu singkat, selalu adakan pelatihan untuk menghadapi krisis Bom JW Marriot ini.
2.      Segera umumkan official spokeperson (anggota tim krisis) yang berhak bicara dan memberikan keterangan mengenai krisis Bom JW Marriot ini ke publik dan Media.
3.      Bergerak cepat
4.      Gunakan Konsultan Manajemen krisis (saran dari konsultan PR sangatlah penting)
5.      Memberikan informasi yang akurat dan benar (mencoba untuk memanipulasi informasi akan berbalik menjadi bahaya jika kebenaran ditemukan.
6.      Ketika memutuskan untuk bertindak, jangan hanya memperimbangkan kerugian jangka pendek tetapi fikirkan juga efek jangka panjang.
Media Relations disaat Krisis
Satu-satunya informasi yang bisa diterima oleh masyarakat saat krisis terjadi ialah melalui media pers. Oleh karena itu hubungan dengan media merupakan unsur penting selama komunikasi krisis. Perusahaan harus berusaha untuk jujur dan ramah ketika berhadapan dengan media.



            Dalam teori tersebut menjelaskan bahwa perusahaan memerlukan adanya media komunikasi untuk menyampaikan informasi-informasi tentang perusahaan kepada masyarakat. Dengan data-data yang dimiliki oleh Hotel JW Marrtiot (seperti rekaman kamera cctv saat kejadian terror bom), pihak perusahaan dapat menjelaskan kepada masyarkat kronologis-kronologis kejadian yang dialami di hotel ini.
            PR harus menjelaskan kepada media kronologis kejadian dengan jujur dan bijaksana. Terutama pada investor-investor Hotel JW Marrtiot, yakinkan mereka bahwa krisis yang ada dapat ditangani oleh pihak Hotel JW Marrtiot.
            Tetap berhubungan dengan masyarakat, khususnya mereka yang terlibat secara langsung seperti korban dan invetor-investor hotel. Pastikan media tetap menginformasikan situasi terbaru atau biarkan mereka tahu bahwa krisis telah berakhir. Tinjau ulang kebijakan internal untuk menghindari terulangnya situasi.
Pengertian Isu
Pengertian isu dari berbagai sumber memiliki persamaan yaitu adanya suatu masalah yang terdapat di suatu organisai yang harus ditangani, jadi kesimpulan dari pengertian isu adalah suatu masalah yang terjadi pada suatu organisasi yang berdampak bagi  organisasi tersebut dan pihak yang memiliki kepentingan dengan organisasi tersebut
Penyebab Isu
-          Ketidakpuasan  sekelompok masyarakat
Ketidakpuasan  sekelompok masyarakat ini terjadi ketika keinginan, kebutuhan, harapan dan kepentingan masyarakat tidak terpenuhi, maka berbagai isu akan merebak, sebagai contoh kasus yang terjadi di daerah istimewa Yogyakarta dimana ketidakpuasan masyarakat atas rencana pemerintah  yang akan meninjau ulang status  keristimewaan Yogyakrta  yang melahirkan berbagai isu tentang memburuknya hubungan Presiden SBY dengan Sri Sultan.
-          Terjadinya peristiwa dramatis
Peristiwa dramatis adalah magnet yang kuat untuk menciptakan suatu isu, seperti  pada kasus ponari dimana ia tiba-tiba terkenal di indonesia  ketika dikabarkan berhasil mengobati orang sakit dengan  hanya sebuah batu, Media massa meliput bahwa tak kurang  setiap hari 5000 orang datang dari penjuru Indonesia rela antri berjam-jam untuk diobati Ponari

-          Perubahaan sosial
Setiap perubahan selalu memunculkan is,  contohnya pada kasus perubahan peta politik Indonesia pada tahun 1998 melihrkan puluhan is, diantaranya Jatuhnya rezim suharto, kudeta kepemimpinan nasional, melemahnya nilai rupiah dll
-          Kurang optimal nya kekuatan pemimpin
Ketika suatu publik tidak menyukai pemimpinnya bahkan tidak mempercayainya maka isu akan muncul sperti pada contoh Publik Indonesia yang tidak puas dengan kepemimpinan PSSI dibawah Nurdin Halid yang sempat terlibat kasus korupsi, Hampir setiap kali timnas bertanding di stadion Gelora Bung Karno selalu dada spanduk yang meminta Nurdin Halid turun dari jabatannya.
Jadi kesimpulan penyebab isu yaitu, isu muncul dan berkembang ketika ada perubahan  atau ketidak sesuaian antara antara lingkungan  atau harapan publik terhadap organisasi
Manajemen Isu
Pengetian manajemen isu
Setalah mengamati pengertian manajemen isu dari beberapa sumber di atas maka kesimpulan dari pengertian manajemen isu yaitu, manajemen isu adalah suatu proses manajemen yang bertujuan untuk membantu : 1. Menjaga hubungan organisasi baik internal maupun eskternal, 2. Mengurangi resiko, 3. Mencipatkan peluang dan 4. Mengelola citra sebagai aset organisasi/perusahaan baik untuk kepentingan organisasi  itu sendiri maupun para stakeholder.
Pendekatan manajemen isu
-          Pendekatan Sistem (System Approach)
Pendekatan ini mempromosikan respons yang lebih sistematis dan efektif dengan  bertindak sebagai kekuatan koordinasi dan integrasi di dalam organisasi. Ketika isu ditemukan maka manajamen bertindak sebagai pembersih untuk sejumlah fungsi potensial seperti memeberikan saran, edukasi,informasi,penyelesaian masalah dan merespons media.

-          Pendekatan Stratejik (strategic reduction of uncertainty approach)
Inti dari konsep ini adalah diagnosis isu stratejik. Isu stratejik adalah peristiwa perkembangan atau tren yang dianggap memiliki pengaruh bagi kinerja organisasi

-          Pendekatan Restoris (Retborical approach)
Pada pendekatan ini organisasi berupaya membawa isu melalui siklusnya sehingga dapat diselesaikan sesuai dengan tujuan organisasi, dengan demikian manajemen isu dapat mempengaruhi dan memformulasikan kebijakan bagi publiknya

-          Pendekatan terintegrasi.
Ada tiga asumsi yang dikemukakan dalam pendekatan ini yaitu:
1.      Manajemen isu membantu organisasi tumbuh dan bertahan hidup karenamemberikan organisasi alat untuk memaksimalkan peluang.
2.      Publik tidak hanya terbatas aktivis atau pemerintah, publik menghatapkan kepedulian lebih besar dalam tindakan orgaisasi dan hubungan organisai dan publik harus tetap berlanjut walaupun siklus hidup sebuah idu telah berakhir
3.      Pendekatan integrasi menghargai nilai hubungan antar organisasi dengan publiknya dan merupakan landasan dari pendekatan terintergrasi. Pendektan ini memfokuskan pada bagaimana organisasi melibatkan publik sebelum,dalam dan setelah sebuah isu melewati siklusnya
Proses Manajemen Isu
-          Isu yang tidak dikelola dengan baik, akan menyebabkan krisis dan krisis berpotensi menganvam reputasi perusahaan maka setiap perusahaan atau ptaktisi PR sudah seharusnya mampu mnegendalikan dan mengelola isu.
-          Proses manajemen isu merupakan satu set prosedur yang membantu perusahaan mengelola masalah-masalah yang terjadi.
-          Sebuah proses manajemen isu membantu merekam setuap masalah dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk mnyelesaikannya












BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

      Seorang Public Relation (PR) bagaikan besi penyangga jembatan (media) informasi bagi masyarakat. Seorang PR dituntut untuk memperindah reputasi sebuah perusahaan oleh karena itu hubungan baik PR dengan media massa harus dipertahankan dengan sebaik-baiknya. Tanpa PR, media takkan bisa mempunyai informasi yang akurat mengenai suatu perusahaan, dan sebaliknya tanpa media, reputasi perusahaan takkan tercium oleh masyarakat luas.
      Dalam penanganan suatu isu dan krisis, bila pihak perusahaan dapat mendekatkan diri pada media. Maka krisis ini dapat diminimalisir dengan catatan pengelolaan media dengan baik seperti Menindaklanjuti pemberitaan media dan membangun hubungan baik dengan media

4.2 Saran

1.      Bila ada status krisis baik itu besar/kecil harus dapat diatasi dengan cepat dan tuntas karena krisis yang kecilpun akan menjadi besar bila tidak tertangani dengan baik. Sehingga krisis cenderung menjadi meluas dan merugikan banyak pihak. Seorang PR hendaknya bersikap cepat dan tanggap dalam menyikapi semua gejolak yang terjadi di masyarakat sehingga tidak berkembang menjadi suatu krisis yang dapat merugikan instansi.
2.      Melihat akar permasalahannya , maka PR harus senantiasa membangun komunikasi dengan media. Jangan hanya saat terjadi konflik di masyarakat. Dalam menentukan strategi manajemen, komunikasi eksternal harus menjadi bagian penting yang tidak boleh diabaikan, dan pada masa yang akan datang sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan opini yang berkembang di masyarakat.
3.      Sebagai sebuah unit kerja, PR memegang tanggung jawab dan penciptaan komunikasi yang baik antara manajemen dan masyarakat, sehingga bidang ini nantinya dapat benar – benar menjadi jembatan komunikasi antara perusahaan dan para stakeholder-nya


















DAFTAR PUSTAKA

Firsan Nova, Crisis Public Relation, Penerbit Grasindo. Jakarta 2009
Firsan Nova, Re-Crisis Public Relation. Penerbit Media Bangsa Jakarta; 2012
Manurung laurensius, Strategi dan Inovasi Model Bisnis.PT Elex Media Komputindo. Jakarta 2010
Wasesa agung silih, STRATEGI PUBLIC RELATION .PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 2006
Internet :
http://princessartzhevantgon3.blogspot.com/peran-public-relations-officer-dalam_29.html

E-JURNAL

0 komentar:



Posting Komentar

Blogger Templates