LAPORAN MANAJEMEN ISU DAN KRISIS
PUBLIC RELATION
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Public Relation
Semester 5 pada Program Studi Diploma IV Administrasi Bisnis
Semester 5 pada Program Studi Diploma IV Administrasi Bisnis
Disusun
Oleh :
Erick Ferdinal (125254013)
Novia Grestianti (125254025)
Nurhikmah (125254027)
PROGRAM STUDI D4 ADMINISTRASI
BISNIS
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
ABSTRAK
Setiap organisasi berpotensi
mengalami krisis, tak terkecuali dengan Perusahaan atau Lembaga. Krisis dapat
terjadi karena kesalahan internal
organisasi, seperti kesalahan prosedur dan tindakan oknum dalam organisasi yang
tidak bertanggung jawab. Menurut K. Fearn-Banks krisis
sebagai “Suatu kejadian penting dengan hasil akhir cenderung negatif yang
berdampak baik terhadap sebuah organisasi, perusahaan atau industri, maupun terhadap publik,
produk, servis atau reputasinya” dan menurut Pauchant & Mitroff mengatakan
bahwa krisis merupakan “sebuah gangguan yang secara fisik memberikan dampak
pada suatu sistem sebagai suatu kesatuan serta mengancam asumsi dasarnya,
kesadaran subjektif akan dirinya serta pusat keberadaannya” krisis juga
terjadi karena adanya faktor sebagai berikut : karena bencana alam, kecelakaan
industri, produk yang kurang sempurna, persepsi publik, hubungan kerja yang
buruk, kesalahan strategi bisnis, terkait masalah kriminal, pergantian
manajemen dan karena persaingan bisnis.
Kata Kuci: Krisis public relation, Manajemen
Isu dan Media komunikasi
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan Rahmat-Nya , sehingga Laporan yang berjudul “Laporan Manajemen Isu
dan Krisis Public Relation” dapat penulis selesaikan. Tak lupa shalawat serta
salam, semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarganya,
sahabat-sahabatnya, tabiit-tabiitnya sampai kita selaku umatnya.
Laporan ini merupakan tugas yang disusun untuk memenuhi
salah satu mata kuliah di Semester 5 yaitu Public Relation. Dalam penyusunan
laporan ini penulis banyak mendapatkan kendala, namun berkat bantuan dari
banyak pihak dalam bentuk motivasi pengarahan maupun informasi, maka laporan
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan sehingga hasilnya masih jauh
dari sempurna. Untuk itu, demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa yang mengambil
mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung,
Oktober 2014
Peyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Public relations adalah seni
menciptakan pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat memperdalam
kepercayaan publik terhadap suatu individu/ organisasi. Menurut IPRA
(International Public Relations Association) PR adalah fungsi manajemen dari
ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta
atau publik untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang
terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini public di antara
mereka.Sebagai sebuah profesi seorang PR bertanggung jawab untuk
memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan
membangkitkan ketertarikan masyarakat akan
sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi.
.Seorang
PR selanjutnya diharapkan untuk membuat program-program dalam mengambil
tindakan secara sengaja dan terencana dalam upaya mempertahankan dan
memelihara
pengertian bersama antara organisasi dan
masyarakatnya.
Posisi
PR merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh suatu manajemen
organisasi. Sasaran humas adalah publik internal dan eksternal, dimana secara
operasional humas bertugas membina hubungan harmonis antara organisasi dengan
publiknya dan mencegah timbulnya rintangan psikologis yang mungkin terjadi di
antara keduanya.
1.2 Identifikasi
Masalah
§ Apakah perbedaan isu manajemen dengan krisis Public
Relation?
§ Bagaimana menangani terjadinya isu manajemen?
§ Bagaimana menangani terjadinya Krisis Public Relation?
§ Apa yang dimaksud dengan Media komunikasi untuk
menangani isu dan krisis Public Relation?
1.3 Tujuan
Tujuan membuat laporan ini adalah sebagai berikut :
§ Mengetahui perbedaan isu manajemen dan krisis PR
§ Mengidentifikasi terhadap isu dan krisis PR
§ Lebih memperdalam pengetahuan tentang pekerjaan Public
Relation
§ Mengetahui bagaimana hubungan PR dengan media
komunikasi
1.4 Manfaat
Manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
§ Bagi
penulis, menambah pengetahuan penulis mengenai isu manajemen dan krisis public relation.
§ Bagi
penulisan selanjutnya, sebagai acuan terutama penulisan yang berkaitan dengan isu manajemen dan krisis public relation.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Krisis
Kata
krisis berasal dari bahasa Yunani krisis, yang berarti “keputusan”. Ketika
krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang harus dilakukan. Bergerak
ke kiri, atau bergeser ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau melarikan diri
Dalam
bahasa China, krisis diucapkan dengan wei-ji dan mempunyai dua arti yaitu
“bahaya” dan “peluang” . two side in the
same coin.
Krisis
public relation adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa pengaruh
buruk terhadap reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan. Banyak perusahaan
berfikir bahwa krisis PR hanya akan menyerah perusahaan besar, padahal krisis
dapat menyerang siapa saja.
Steven
Fink dalam “Crisis Management Planning
for the Invetable” mendefinisikan krisis sebagai berikut.
“A
crisis is unstable time or state of affairs in which a decisive change is
impending-either one with the distinct possibility of a highly desirable and
extremely positive outcome, or one with the distinct possibility of a highly
undesirable outcome. It is usually a 50-50 proportion but you can improve the
odds.”
Krisis pada dasarnya adalah sebuah situasi yang
tak terduga, artinya organisasi umumnya tidak dapat menduga bahwa akan muncul
situasi yang dapat mengancam keberadaannya. Sebagai ancaman, ia harus ditangani
secara cepat agar organisasi dapat berjalan normal kembali. Untuk itu, Holsti
melihat krisis sebagai “situasi yang dikarakterisasikan oleh kejutan,
ancaman besar terhadap nilai-nilai penting, serta waktu memutuskan yang sangat
singkat”. Krisis membawa keterkejutan dan sekaligus mengancam nilai-nilai
penting organisasi serta hanya ada waktu yang singkat untuk mengambil
keputusan.
Steven Fink dalam “Crisis Management Planning for the Invetable” mendefinisikan krisis sebagai berikut.
Steven Fink dalam “Crisis Management Planning for the Invetable” mendefinisikan krisis sebagai berikut.
“A crisis is unstable time or state of
affairs in which a decisive change is impending-either one with the distinct
possibility of a highly desirable and extremely positive outcome, or one with
the distinct possibility of a highly undesirable outcome. It is usually a 50-50
proportion but you can improve the odds.”
Jika dalam bahasa Indonesia “Krisis
adalah waktu yang
tidak stabil atau keadaan di mana
perubahan yang menentukan adalah yang akan datang-salah
satu dengan kemungkinan yang berbeda
dari hasil yang sangat
diinginkan dan sangat positif,
atau satu dengan kemungkinan yang berbeda dari hasil
yang sangat tidak diinginkan. Biasanya
50 berbanding 50 tetapi Anda dapat meningkatkan peluang"
Shrivastava
& Mitroff mendefinisikan krisis perusahaan sebagai “peristiwa yang mengancam tujuan
terpenting untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan”. Krisis, menurut mereka
diasosiasikan dengan kerusakan yang berskala luas terhadap kehidupan manusia,
lingkungan alam dan institusi sosial dan politik.
Pauchant
& Mitroff mengatakan bahwa krisis
merupakan “sebuah gangguan yang secara fisik memberikan dampak pada suatu
sistem sebagai suatu kesatuan serta mengancam asumsi dasarnya, kesadaran
subjektif akan dirinya serta pusat keberadaannya”. Menurut mereka, krisis
biasanya memiliki tiga dampak, yaitu ancaman terhadap legitimasi organisasi,
adanya perlawanan terhadap misi organisasi serta terganggunya cara orang
melihat dan menilai organisasi.
C.G. Linke melihat krisis sebagai
ketidaknormalan dari konsekuensi negatif yang meng-ganggu operasi sehari-hari
sebuah organisasi. Menurutnya, sebuah krisis akan berakibat pada adanya
kematian, menurunnya kualitas kehidupan dan menurunnya reputasi perusahaan.
Bagi Laurence
Barton, sebuah krisis adalah peristiwa besar yang tak terduga yang secara
potensial berdampak negatif terhadap baik perusahaan maupun publik. Peristiwa ini mungkin secara cukup berarti
merusak organisasi, karyawan, produk dan jasa yang dihasilkan organisasi,
kondisi keuangan dan reputasi
perusahaan.
Michael Regester & Judy Larkin mendefinisikan krisis sebagai sebagai sebuah
peristiwa yang menyebabkan perusahaan menjadi subjek perhatian luas (cenderung
tidak menyenangkan) dari media
nasional dan internasional serta kelompok-kelompok seperti pelanggan, pemegang
saham, karyawan & keluarga mereka, para politisi, serikat perdagangan serta
kelompok-kelompok penekan yang, dengan suatu alasan atau lebih, memiliki
kepentingan yang dibenarkan terhadap kegiatan-kegiatan organisasi.
Dalam kamus Webster, krisis didefinisikan
sebagai “suatu titik balik untuk menuju keadaan lebih baik atau lebih
buruk”. Jadi dari suatu situasi ini, perusahaan dapat menjadi lebih baik atau
lebih buruk. Contoh perusahaan yang menjadi lebih baik setelah krisis adalah Johnson & Johnson yang
berhasil mengatasi kasus racun sianida dalam Tylenol, salah satu produk obat sakit kepala unggulannya
sehingga reputasi perusahaannya justru terangkat.
Apakah
sebuah krisis akan menjadikan organisasi menjadi lebih baik atau lebih buruk
sangat tergantung pada bagaimana pihak manajemen mempersepsi dan kemudian
merespon situasi tersebut atau sangat tergantung pada pandangan, sikap dan
tindakan yang diambil terhadap krisis tersebut. Sebuah krisis mungkin dapat
ditangani dengan segera dengan melibatkan sedikit orang, tetapi krisis lain
mungkin harus ditangani dengan mengerahkan sebagian besar sumber daya yang
dimiliki organisasi
Krisis tidak
pandang bulu dan bisa menimpa siapa saja. Seperti kata Barton: “Krisis
menyerang korporasi, organisasi non profit, badan-badan
pemerintahan, servis, perusahaan hingga keluarga”. Setiap organisasi sangat
punya peluang untuk mengalami krisis.
Pinsdorf menambahkan bahwa “tidak ada satu perusahaan pun yang kebal terhadap
krisis, tetapi dengan riset, perencanaan dan pelatihan yang penuh kewaspadaan,
biasanya krisis dapat dikelola dan dikurangi dampaknya.”
Jadi, krisis adalah suatu keadaan yang tidak stabil
dimana bahaya dan peluang bisa datang dengan peristiwa besar (ancaman) yang tak
terduga yang secara potensial berdampak negatif terhadap baik perusahaan maupun
publik yang menyebabkan perusahaan menjadi subjek perhatian luas (cenderung tidak
menyenangkan) dari media
nasional dan internasional.
Institute of Crisis Management mendefinisikan krisis sebagai berikut.
Krisis juga dianggap sebagai “turning point in history line” yaitu suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh signifikan, kearah negatif maupun positif, tergantung reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok masyarakat, atau suatu bangsa.
Jika dipandang dari kacamata bisnis suatu krisis akan
menimbulkan hal-hal berikut:
1.
Intensitas permasalahan akan bertambah
2.
Masalah akan menjadi sorotan publik baik
melalui media masa, atau informasi dari mulut ke mulut.
3.
Masalah akan mengganggu kelancaran
bisnis sehari-hari
4.
Masalah mengganggu nama baik perusahaan
5.
Masalah dapat merusak sistem kerja dan
mengguncang perusahaan secara keseluruhan
6.
Masalah yang dihadapi selain membuat
perusahaan menjadi panik, tidak jarang juga membuat masyarakat menjadi panik
7.
Masalah akan membuat pemerintah ikut
melakukan intervensi.
Tabel
berikut adalah ciri-ciri perusahaan yang berada dalam krisis.
Keadaan
Fisik
|
Tidak
terurus, lampu redup, toilet kotor, seragam petugas lama tak berganti, mobil
tua, pabrik bekerja dibawah titik optimal.
|
SDM
|
Malas,
datang dan pulang seenaknya, pemimpin jarang hadir, banyak terlihat tidak
bekerja dan kongko-kongko. Tenaga yang bagus-bagus sudah keluar.
|
Produk
Andalan
|
Hampir
tidak ada. Hanya menyelesaikan yang sudah ada saja. Banyak retur dan defect.
|
Konflik
|
Hampir
setiap hari terdengar, Perasaan resah dimana-mana.
|
Energi
|
Hampir
tidak ada.
|
Demo
Karyawan
|
Tinggi,
rasa takut terkena PHK.
|
Proses
Hukum
|
Meningkat
dan datang dari mana-mana.
|
Bagian
Keuangan
|
Hidup
dalam suasana stres. Dikejar tagihan-tagihan yang tak terbayar dan oleh debt
collector.
|
Sumber
: Rhenald Kasali, Change. Gramedia, 2005, hal 89.
2.1.1
Manajemen Krisis
Manajemen
krisis dapat dimanfaatkan di semua bidang tetapi umumnya digunakan dalam
hubungan internasiona, politik, bisnis, dan manajemen. Banyak perusahaan kini
sudah memiliki manual crisis plan atau petunjuk menghadapi krisis. Hal ini
penting untuk membantu mengidentifikasi kemungkinan terjadinya krisis, seperti
kebakaran, bencana alam ancaman bom, kekerasan, dan kemungkinan jatuhnya korban
akibat kesalahan produk.
Teori
manajemen krisis umumnya didasarkan atas bagaimana menghadapi krisis (crisis
bergaining and negotiating), membuat keputusan disaat krisis (crisis decition
making), dna memantau perkembangan krisis (crisis dynamics). Dalam situasi
krisis, usahakan tetap tenang dan pertimbangkan dengan matang keputusan yang
akan diambil karena akan menjadi taruhan reputasi Public Relations.
Tiga
jenis krisis yang terdapat dalam bisnis adalah sebagai berikut.
2.1.2
Krisis Keuangan
Krisis keuangan adalah krisis yang
terjadi karena perusahaan mempunyai masalah cash flow atau likuiditas jangka
pendek dan kemungkinan pailit di masa datang. Krisis keuangan yang terjadi di
amerika sepanjang 208 membuat banyak perusahaan bangkrut. Sebut saja Lehman
Brothers, AIG, Fanni Mae, Freddy Mac, dan lain-lain.
Tabel
berikut memperlihatkan kronologis krisis keuangan yang terjadi di Amerika
Serikat.
Tanggal
|
Kejadian
|
16
Maret
|
Bank
investasi Bear Searn dijual murah hanya pada harga US$ 236juta kepada JP
Morgan Chase. Kesepakatan itu diotaki oleh Federal Reserve.
|
7
September
|
Departemen
Keuangan AS mengambil alih raksasa pembiayaan perumahaan AS, Freddie Mac dan
Fannie Mae, sekaligus menjamin utang setiap institusi itu masing-masing
hingga US$ 100 Miliar.
|
15
September
|
1.
Bank investasi Lehman Brothers
mendaftarkan proteksi kebangkrutan, setelah pemerintah AS menolak untuk
mem-bail out.
2.
Bank investasi lain , Merril
Lynch akhirnya mencapai kesepakatan dengan Bank of America dalam sebuah
rencana akuisisi bernilai US$ 50 miliar.
3.
Lembaga pemeringkat menurunkan
peringkat utang American International G roup ( AIG).
Perusahaan asuransi
terbesar dunia itu harga sahamya anjlok hingga 60,8%, melanjutkan penurunan
yang sudah terjadi sebelumnya.
4.
Federal Reverse menyuntikkan US$
70 miliar ke pasar.
5.
Indeks Dow Jones anjlok hingga
4,42% Indeks FTSE London merosot 3.92%, CAC Paris anjlok 3,78%, dan DAX
Frankfurt anjlok 2,74%.
|
19
September
|
1.
Pemerintahan AS menyelamatkan AIG
dengan menyuntikkan US$ 85 Miliar, dengan imbalan 79,9% saham perusahaan
asuransi itu.
2.
Federal Reverse kembali
menyuntikkan US$ 50 Miliar ke pasar.
|
17
September
|
Saham-saham
kembali berjatuhan akibat ketidakpastian ekonomi. Indeks Dow Jones kembali
anjlok 4,06%. Bapepam AS melarang aksi short selling di sejumlah saham sektor
finansial.
|
18
September
|
1.
Federal reserve dan bank-bank
sentral dari berbagai dunia menyuntikkan US$ 300 Miliar ke pasar kredit.
Saham-saham kembali melonjak berkat kabar meluasnya bail out oleh pemerintah
AS, indeks Dow Jones meloncat 3,86%
2.
Setekah penutupan pasar, Menkeu
AS Henry Paulson meminta persetujuan dari kongres untuk membeli aset-aset
bermasalah yang berhubungan dengan mortgage dari pada lembaga institusi.
|
19
September
|
Pemerintah
AS mengumumkan rencana penyelamatan krisis finansial senila US$ 700Miliar.
The Fed menyuntikkan lagi US$ 20 Miliar ke pasar kredit. Saham-saham menguat
dengan Indeks Dow Jones naik hingga 3,35%.
|
Krisis
global yang terjadi di Amerika merupakan salah satu krisis keuangan yang
terburuk di milenium baru ini. Dana yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi
perekonomian Amerika sebesar USD 700miliar atau setara dengan Rp.6.500 triliun
( dibandingkan dengan krisis keuangan Indonesia tahun 1998-1999 yang memakan
biaya sekitar Rp.650 triliun ). Bantuan dana talangan ini diputuskan melalui
perdebatan panjang selama dua pekan, melibatkan para anggota kongres dan kantor
kepresidenan.
2.1.3
Krisis Publik
Krisis
Public Relation sering disebut juga sebagai krisis komunikasi, terjadi karena
pemberitaan negatif yang kemudian berimbas buruk pada bisnis perusahaan,
pemberitaan media atau isu yang beredar bisa jadi benar atau mungkin saja
tidak, tetapi berpotensi mempengaruhi citra seseorang atau perusahaan.
Salah
satu tugas PR adalah mengklarifikasi pemberitaan di media yang tdak seimbang
atau yang memojokkan perusahaan.
2.1.4
Krisis Strategi
Krisis
strategi ( Strategic crisis ) adalah
perubahan dalam lingkungan bisnis yang menyebabkan kelangsungan hidup
perusahaan menjadi terganggu. Perusahaan sebaiknya selalu memiliki rencana
dalam menghadapi krisis dan menghindari keputusan yang justru akanmembuat
perusahaan terperosok lebih jauh dalam krisis. Mereka harus tahu skenario
terburuk yang akan terjadi dan mempunyai contingency
plan dalam menghadapinya.
2.1.5
Faktor Penyebab Krisis
Krisis
tidak bisa dideskripsi datangnya. Jalan terbaik untuk menghadapinya adalah
membuat perencanaan. If you want peace, prepare for war.
Berikut
dijelaskan sembilan jenis krisis berdasarkan penyebabnya :
a. Krisis
karena bencana alam
Tipe
paling relevan dari krisis adalah yang disebabkan oleh bencana alam. Bencana
alam, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan kebakaran dapat
terjadi di lingkungan sekitar kita dan manusia selalu tidak berdaya
menghadapinya.
Banyak
negara telah merasakan dampak dari bencana alam. Amerika pernah diserang badai
Katrina, Australia dilanda kebakaran hutan hebat, dan indonesia digulung
Tsunami di Aceh dan digoyang gempa di Jogjakarta.
Selain
menelan korban jiwa, bencana meluluhlantahkan seluruh sendi-sendi kehidupan.
Selain menelan korban jiwa, rumah dan gedung perkantoran hancur, jalan rusak,
listrik mati, air bersih langka, dan merebaknya penyakit. Ambruknya
perekonomian adalah multiplier effect
dari bencana alam. Cost recovery
untuk daerah yang terkena krisis yang sangat besar.
b. Krisis
karena kecelakaan industri
Krisis
karena kecelakaan industri cukup bervariasi, mulai dari mesin yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, kebakaran, hingga kecelakaan kerja. Jika krisis
ini terjadi maka perusahaan harus memberikan perhatian secara penuh dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Kecelakaan industri yang dapat menyebabkan
kematian biasanya menjadi ‘magnet bagi media’.
Banyak
perusahaan berada dalam krisis karena masalah ini, sebut saja semburan lumpur
Lapindo yang mnegakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, kebocoran ga
disebuah hypermarket yang mengakibatkan beberapa orang pingsan, dan yang paling
mutakhir adalah meledaknya depo pertamina Plumpang.
c. Krisis
karena produk yang kurang sempurna
Dalam bisnis perusahaan menghasilkan produk yang
terdiri dari barang (goods) dan jasa
service (service). Barang dan jasa juga
memiliki potensi krisis. Hal ini mungkin saja terjadi karena produk yang
dihasilkan cacat (defect) atau kurang
sempurna. Walaupun sebelumnya perusahaan telah melakukan riset dan teknik
pengembangan produk.
d. Krisis
karena persepsi publik
Saat krisis terjadi, perusahaan yang mengalaminya
mungkin akan menjumpai krisis lain karena krisis yang terjadi sebelumnya tidak
teratasi dengan baik. Inilah yang menyebabkan potensi kerugian menjadi berlipat
ganda, baik dari segi keuangan maupun moral karyawan karena citra perusahaan
yang terus memburuk.
Krisis karena persepsi publik biasanya disebabkan
karena perusahaan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma yang ada di
masyarakat atau yang bertentangan dengan keinginan dan kepentingan publik.
e. Krisis
karena hubungan kerja yang buruk
Hubungan kerja yang buruk antar pekerja dan
perusahaan dapat menjurus pada krisis besar. Krisis ini dapat mengarah pada
kondisi tidak terkendali yang serius dalam operasional perusahaan. Kekuatan
buruh terkadang dapat memaksa industri untuk tutup sehingga perusahaaan
terpaksa bertindak agresif. Hubungan antara buruh dan perusahaan seharusnya
dijaga agar tidak sampai pada level seling merusak.
f. Krisis
karena kesalahan strategi bisnis
Penyebab utama dari krisis ini adalah perencanaan
atau implementasi strategi bisnis yang keliru atau tidak tepat, yang dilakukan
oleh manajeme. Krisis jenis ini biasanya tidak dapat diprediksi sebelumnya. Hal
ini terjadi karena pergeseran pasar mendadak yang tidak diantisipasi oleh
manajemen, kegagalan untuk menyesuaikan dengan kebijakan pasarm krisis global
yang secara tidak langsung berimbas pada bisnis perusahaan.
Walaupun tidak dapat diprediksi sebelumnya,
manajemen harus bertanggung jawab atas krisis tersebut.
g. Krisis
karena terkait masalah kriminal
Krisis yang terkait masalah kriminal belakangan ini
sering terjadi. Krisis jenis ini merupakan ancaman besar untuk beberapa
industri seperti pariwisata, perbankan, penerbangan.
Contoh krisis ini, antara lain terorisme,
pembajakan, kekerasan, perjudian, pemalsuan, dan pencurian. Krisis ini
membutuhkan respon yang tepat karena menjadi ‘magnet media’.
h. Krisis
karena pergantian manajemen
Kadang-kadang perubahan dalam organisasi dianggap
sebagai suatu krisis. Beberapa perusahaan menempatkan CEO mereka sebagai fitur
penting yang tidak tergantikan sehingga kepergiannya betul-betul menimbulkan
krisis. Beberapa perusaahan perlu menyiapkan rencana pergantian pimpinan
sehingga krisis semacam itu tidak perlu terjadi.
i.
Krisis karena persaingan bisnis
Ketatnya persaingan bisnis dapat menyebabkan
persaingan bisnis ini menjadi semakin sering terjadi . beberapa perusahaan ini
yang memonopoli pasar dapat mengontrol pasar dan menyerang pesaing secara
frontal. Hal inilah yang menyebabkan pesaing rugi dan harus mengeluarkan banyak
uang untuk bangkit dan membangun kembali nama dan reputasi mereka.
2.2 Manajemen
Isu
2.2.1
Definisi Manajemen Isu
Terminologi “issues management” pertama kali
dipublikasikan oleh W. Howard Chase pada tanggal 15 April 1976
dalam newsletter-nya “Corporate Public Issues and Their Management”
Volume 1 No. 1. Newsletter tersebut, sekarang sering disebut CPI,
menyebutkan bahwa tujuan-tujuan manajemen issue adalah untuk
memperkenalkan dan memvalidasikan suatu penetrasi dalam desain dan praktek
manajemen korporat dengan tujuan untuk setidaknya mengelola issue
publik korporat sebaik atau bahkan lebih baik dibandingkan manajemen
tradisional dari operasional yang hanya memikirkan keuntungan saja. Ia juga
berkata bahwa isi newsletter-nya akan menggiring pembacanya pada
revisi dasar atas praktek-praktek yang berbiaya tinggi dan tak sesuai dari
jajaran staff manajemen tradisional. Ditambahkannya bahwa pada masa ini hanya
ada satu manajemen dengan satu tujuan: bertahan hidup dan kembali pada kapital
yang cukup untuk memelihara produktivitas, apapun iklim ekonomi dan politik
yang tengah berlangsung. (Caywood, 1997:173).
Bersama rekannya, Barry Jones, Chase
mendefinisikan “Manajemen Issue” sebagai ‘sebuah alat yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengelola
berbagai issue yang muncul ke permukaan (dalam suatu masyarakat
populis yang mengalami perubahan tanpa henti) serta bereaksi terhadap berbagai issue
tersebut sebelum
issue-issue tersebut
diketahui oleh masyarakat luas.’ (Regester & Larkin, 2003:38).
Di tahun 1992 pada acara “Public Relations
Colloquium” yang disponsori oleh firma public relations dari Nuffer,
Smith, Tucker, Inc. San Diego State University dan Northwestern
University’s Medill Scholl of Journalism, sekelompok praktisi PR
mengembangkan sebuah definisi yang beorientasi pada tujuan:
“Manajemen issue adalah proses manajemen yang
tujuannya membantu melindungi pasar, mengurangi resiko, menciptakan
kesempatan-kesempatan serta mengelola imej sebagai sebuah aset organisasi bagi
manfaat keduanya, organisasi itu sendiri serta stakeholder utamanya,
yakni pelanggan/konsumen, karyawan, masyarakat dan para pemegang saham”.
(Caywood, 1997:173)
2.2.2
Definisi Isu
Kita tidak akan mudah memahami terminologi “Manajemen Issue”
di atas tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dimaksud dengan issue
(bukan terjemahan dari gossip/ rumour).
Menurut dua pakar di AS, Hainsworth
dan Meng, sebuah issue muncul “sebagai suatu
konsekuensi atas beberapa tindakan yang dilakukan, atau diusulkan untuk
dilakukan, oleh satu atau beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi dan
penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau kriminal, atau dapat
menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan legislative atau
perundangan.” Chase & Jones menggambarkan “issue”
sebagai ‘sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya’
(‘an unsettled matter which is ready for decision’). Pakar lain mengatakan
bahwa dalam bentuk dasarnya, sebuah “issue“ dapat didefinisikan
sebagai ‘sebuah titik konflik antara sebuah organisasi dengan satu atau lebih
publiknya’ (‘a point of conflict between an organization and one or more of
its audicences’). (Regester & Larkin, 2003:42).
Sementara Heath & Nelson (1986)
mendefinisikan “issue” sebagai ‘suatu pertanyaan tentang fakta, nilai
atau kebijakan yang dapat diperdebatkan’ (‘a contestable question of fact,
value or policy’).
Jadi Isu adalah
sebuah masalah yang belum terpecahkan yang diambil keputusannya yang mengacu
pada sebuah titik antara sebuah organisasi dengan satu atau lebih publiknya
yang mengakibatkan suatu kesenjangan antara praktek korporat dengan
harapan-harapan para stakeholder.
2.2.3
Pendekatan manajemen isu
1. Pendekatan
Sistem (System Approach)
-
Manajemen isu berupaya meminimalisasi
“kejut-an” dengan berfungsi sebagai sistem peringatan dini (early warning
system) bagi ancaman potensial. Kegiatan ini meliputi pemindaian lingkungan )
environment scanning) untuk mendapatkan informasi bagi pembuatan keputusan
organisasi dan menentukan respons organisasi
2. Pendekatan
Stratejik (strategic reduction of uncertainty approach)
-
Pendekatan ini mempertimbangka berbagai
faktor seperti kajian keputusan stratejik. proses organisai,perilaku manajemen
dan prilaku sosio-politik untuk mengembangkan suatu pemahaman atas peristiwa
yang terjadi dan aksi organisasi
3. Pendekatan
Restoris (Retborical approach)
-
Pendekatan ini muncul sebagai respons
terhadap model manajemen isu.
-
Pendekatan model proses manajemen isu
berasumsi bahwa organisasi memiliki wewenang yang sama dengan pemerintah kerika
berhubungan dengan penciptaan kebijakan
publik
4. Pendekatan
terintegrasi.
-
Pendekatan ini menjelaska bahwa dialog aktif atau
keterlibatan antara organisasi dengan publiknya merupakan cara yang paling
efektif dalam mengelola isu.
2.2.4
Proses Manajemen Isu
-
Manajemen isu strategis adalah tanggung
jawab seluruh organisasi. Tanggung jawab tersebut melintasi semua unit kerja.
Kerangka manajemen isu melibatkan tiga fungsi, yaitu :
1. Pengumpulan/pemantauan
intelijen dan infprmasi;
2. Menganalisis
informasi dan mengelompokka masalah (issue classificaton)
3. Mengambil
tindakan dan mengevaluasi hasil (taking action and evaluating the results)
-
Proses manajemen isu adalah proses
mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam suatu organisasi. Menggunakan
proses manajemen isu, kita dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
dengan cepat sebelum isu memiliki dampak yang tidak diinginkan.
-
Proses manajemen isu akan membantu :
1. Mengidentifikasi
isu
2. Menentukan
dampak dari tiap isu
3. Membuat
prioritas isu dan melaporkan stasus pengembangan isu
4. Meninjau
semua masalah dan memutuskan suatu tindakan
5. Mengambil
langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dengan cepat
2.2.5
Daur hidup Isu
Dalam
sebuah model yagn dikembangkan oleh Hainswoth & Meng. Proses isu dapat
digambarkan sebagai siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu :
A. Tahap
1 : Potential Stage
Sebuah
isu muncul ke permukaan ketika sebuah organisasi atau kelompok meraasa
berkepentingan terhadap suatu masalah.
Bisa juga muncul sebagai konsekuendi perkembangan tau perubahan tren
politik, undang-undang, ekonomi dan sosial
B. Tahap
2 : Emerging Stage
Tahap
ini mengindikasikan terjadinya tekanan terhadap organisasi akibat sebuah isu.
Dalam banyak kasus tekanan ini adalah akibat dari reaksi sekompok masyarakat
yang mulai memberikan perhatian pada dan
melegitimasi isu yang beredar.
C. Tahap
3 & 4 : Current Stage dan Crisis Stage
Pada
fase current stage, isu telah berkembang dan menunjukan dampak serius. Menjadi
sulit untuk merubah isu karena sudah menjadi opini publik dan menyebar dengan
intensitas yang luar biasa tinggi. Perubahan dari Status Current Stage menjadi
Crisis Stage sangatlah cepat, dalam situasi ini sangatlah myngkin institusi
formal seperti pemerintah ikut campur tangan dalam penyelesaian krisis yang
terjadi
D. Tahap
5 : Dortmand Stage (Resolution)
Sekali
sebuah isu mendapatkan perhatian publik, maka usaha untuk meredakan dampaknya
menjadi lebih lama dan mahal. Setelah mencapai
puncaknya, sebuah isu cepat atau lambat akan hilang dimakan waktu atau
teralihkan oleh isu lain yang lebih panas.
2.3 Pengertian Media
Media
adalah segala bentuk saluran yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dan
pesan. Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indra kita.
Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat
yang tidak akan kita alami secara langsung.
Fungsi
media massa secara umum adalah sebagai berikut :
§ Media
massa memiliki berbagai fungsi bagi publik atau khalayak, media massa memiliki
peran untuk menghimpun berbagai informasi penting dan bernilai berita. Untuk
kemudian disebarkan ke masyarakat luas, dengan begitu media massa bersifat
dinamis. Selalu ada hal baru yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
§
Media massa juga memberikan
pelajaran, pengetahuan atau edukasi bagi masyarakat.
§
Media massa menjadi sarana
hiburan bagi masyarakat, media massa hadir untuk memberikan hiburan bagi
masyarakat, karena hiburan juga menjadi kebutuhan bagi publik.
§
Selain itu media massa juga
menjadi aspirasi bagi publik dan menjadi alat kontrol di negara-negara
demokrasi, menjadi pilar keempat dalam sistem demokrasi, setelah Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif. Media massa mengkritisi setiap kebijakan yang di
keluarkan oleh pemerintah, menjadi pembela kebenaran dan keadilan dan
melaporkan hal berdasarkan fakta dan data.
Media
dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada khalayak. Media terdiri dari dua, yaitu media
cetak dan elektronik. Kelompok media cetak yaitu seperti surat kabar, majalah,
brosur, pamphlet, bulletin, dan lain-lain. Sedangkan media elektrionik adalah
televisi, radio, website, dan lainnya.
PR
membutuhkan media sebagai alat pendukung untuk terciptanya komunikasi atau
penyampaian pesan yang efektif, mulai dari level top manajemen kepada
bawahannya serta sebaliknya. Pengertian Media PR dalam ilmu komunikasi adalah
sarana penghubung yang dipergunakan oleh seorang PR (mewakili organisasi)
dengan publiknya, yaitu internal maupun eksternal untuk membantu pencapaian
tujuan.
Saat
krisis terjadi, PR harus berterus terang menjawab pertanyaan media. Pertanyaan
yang sering ditanyakan media dikala krisis, antara lain sebagai berikut :
1.
Penyebab Krisis
2.
Siapa yang bertanggung jawab
atas krisis yang terjadi
3.
Besarnya ganti rugi yang
diberikan kepada publik yang menjadi korban.
Berikut
ini beberapa jawaban yang dapat disampaikan saat menghadapi serbuan media.
1.
“Kami baru mempelajari krisis
yang terjadi dan saat ini kami sedang berusaha untuk mendapatkan informasi
mengenai krisis secara lengkap”.
2.
“Kami tidak akan berspekulasi
mengenai penyebab insiden tersebut.”
3.
“Kami tidak memiliki otoritas
untuk menjelaskan krisis yang terjadi. Nanti akan kami sampaikan kepada
pimpinan yang berwenang dan segera menghubungi anda kembali.”
4.
“Saat ini kami sedang
mempersiapkan pernyataan untuk media. Kami akan kirimkan pada Anda melalui fax
atau e-mail dalam dua jam mendatang.”
Itulah
beberapa contoh jawaban-jawaban alternative yang bisa dipakai saat media massa
memberikan pertanyaan mengenai krisis yang terjadi. Yang terpenting jangan
membuat statement seakan-akan pihak perusahaan tidak mau bekerjasama seperti
menyebutkan “no comment”.
Beberapa
persiapan yang dapat dilakukan sebelum bertemu dengan media, yaitu :
1.
Mengumpukan fakta
2.
Jangan Panik
3.
Tidak memiliki juru bicara di
luar organisasi yang dapat menjawab pertanyaan media
4.
Menyeimbangkan isu hukum
5.
Menjaga citra organisasi
2.4 Pengertian Media Relations
Media
Relations atau hubungan media adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh
individu ataupun provesi PR suatu organisasi, untuk menjalin pengertian dan
hubungan baik dengan media massa, dalam rangka pencapaian publikasi organisasi
yang maksimal serta berimbang.
2.4.1
Fungsi dan Tujuan Media Relation
Philip
Lesley, mengemukakan fungsi PR dalam hubungan dengan pers adalah sebagai
berikut :
1)
Fungsi pasif dan pelayanan
2)
Fungsi pasif berarti pihak PR
hanya menanggapi permintaan pers dan tidak melakukan inisiatif tertentu.
3)
Fungsi setengah aktif
4)
Secara kontinyu PR
mempersiapkan penyebaran info tentang berbagai kejadian di organisasi kepada
berbagai media.
5)
Fungsi aktif
6)
Dalam fungsi aktif, PR
menggunakan inisiatif dalam mendekati kalangan media.
2.4.2
Media Relations disaat Krisis
Satu-satunya
informasi yang bisa diterima oleh masyarakat saat krisis terjadi ialah melalui
media pers. Oleh karena itu hubungan dengan media merupakan unsure penting
selama komunikasi krisis. Perusahaan harus berusaha untuk jujur dan ramah
ketika berhadapan dengan media.
2.5 Merespon Media
Pada saat krisis, PR harus
memastikan bahwa perusahaan sudah secara cepat dan akurat memberikan informasi
kepada public. PR bertugas mengkoordinir semua bentuk komunikasi dengan media.
Selama berada dalam situasi krisis,
pimpinan perusahaan, manajer PR, atau karyawan lainnya dapat berperan sebagai
juru bicara perusahaan. Semua informasi akan disampaikan oleh juru bicara
perusahaan kepada publik dan media.
Langkah-langkah
yang perlu diperhatikan dalam merespon media adalah sebagai berikut :
1. Langkah Pertama
(Persiapan)
a.
Bersiaga dengan cara selalu
memantau situasi dampak krisis dan
b.
Memberikan informasi kepada
public dan media dengan mengeluarkan pernyataan tertulis atau jumpa pers.
2. Mengumpulkan Informasi
Agar
informasi yang dimiliki oleh PR akurat maka hal-hal yang harus dilakukan oleh
PR adalah
a.
Verifikasi semua informasi yang
diterima.
b.
Melaporkan setiap informasi
baru kepada pimpinan
c.
Membahas informasi yang
diterima dengan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya penyelesaian krisis
d.
Mengkoordinir penyebaran
informasi dan menyiapkan informasi untuk media.
3. Mempersiapkan diri untuk
media
Sebelum
media dating pastikan PR sudah melakukan hal-hal berikut :
a.
Menunjukan juru bicara
perusahaan yang akan membaca pernyataan atau bicara selama jumpa pers
b.
Menyiapkan daftar informasi
yang diinginkan media dan informasi yang telah diverifikasi
c.
Membahas strategi untuk
menjawab pernyataan media
d.
Mempersiapkan ruangan untuk
jumpa pers dengan media.
4. Ketika Reporter Tiba
Tugas
PR ketika reporter tiba adalah :
a.
Mengidentifikasi media yang
hadir
b.
Memberitahu media mengenai
aturan dalam jumpa pers yang dilakukan
c.
Memberitahu media mengenai
waktu dan tempat untuk mendapatkan berita yang update untuk saat ini dan yang
akan dating
d.
Memeriksa kembali atas
pernyataan media
5. Menindaklanjuti
pemberitaan media dan membangun hubungan baik dengan media
a.
Memonitor semua liputan media
b.
Memeriksa dan memberikan
koreksi atas kesalahan fakta yang dimuat di media
c.
Memberitahu media mengenai
perkembangan baru yang terjadi
d.
Melakukan evaluasi terhadap
pemberitaan media.
Saat krisis terjadi sebaiknya kita harus hati-hati dalam melakukan
semua aktifitas perusahaan. Selama krisis sebaiknya lakukan hal-hal berikut:
1.
Hanya informasi yang telah
dicek kebenarannya yang boleh diinformasikan kepada media.
2.
Damping media saat meliput di
lokasi krisis.
3.
Tunjuk seorang juru bicara.
4.
Simpan catatan yang akurat
mengenai semua pernyataan dan liputan berita.
5.
Ketahui deadline media dan
usahakan untuk memenuhinya.
6.
Beri kesempatan dan fasilitas
yang sama untuk media cetak dan elektronik.
7.
Koordinirkan oerencanaan dan
penerapan kegiatan PR dalam menangani krisis secara hati-hati.
Selama
krisis sebaiknya tidak melakukan hal-hal berikut:
1.
Secara sembrono membuat
spekulasi mengenai sebab-sebab keadaan darurat.
2.
Membuat spekulasi mengenai
kelanjutan bisnis perusahaan.
3.
Membuat spekulasi mengenai
pengaruh luar dan keadaan darurat.
4.
Membuat spekulasi mengenai
nilai kerugian.
5.
Campur tangan dengan
tugas-tugas yang sah dari pekerja berita.
6.
Mengijinkan juru bicara yang
tidak berwenang untuk memberikan penjelasan kepada media.
7.
Berusaha menutup-nutupi atau
secara sengaja menyesatkan media berita.
8.
Menyalahkan keadaan darurat.
2.6 Setelah Krisis Berakhir
Hal-hal
yang harus dilakukan setelah krisis berakhir adalah sebagai berikut :
1. Umumkan akhir dari krisis
Hal
ini sangat pentingbagi perusahaan untuk memberi isyarat akhir dari situasi
krisis.
2. Kelanjutan (follow-up)
Tetap
berhubungan dengan masyarakat, khususnya mereka yang terlibat secara langsung.
Patikan media tetap menginformasikan situasi terbaru atau biarkan mereka tahu
bahwa krisis telah berakhir. Tinjau ulang kebijakan internal untuk menghindari
terulangnya situasi.
3. Lakukan tindakan yang baik
Lakukam
hal ini segera mungkin setelah krisis jika situasinya memungkinkan.
4. Evaluasi tim krisis
Setelah
krisis berakhir perusahaan, organisasi, atau individu yang mengalaminya perlu
melakukan evaluasi. Evaluasi meliputi hasil liputan media dan kinerja tim serta upaya untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis di masa yang akan datang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KASUS
Dalam
video tersebut pada tanggal 07-04-2009 terjadi ledakan di Hotel JW Marrtiot
dimana hal tersebut berdampak negatif bagi hotel tersebut, isu pun timbul dan menyebar
keseluruh dunia karena hotel JW Marriot adalah Hotel bertaraf internasioal an merupakan
salah satu hotel termewah di Indonesia.
Peristiwa
ini juga menjadikan para investor kehilangan kepercayaan untuk menanamkan dana
di hotel ini karena mereka menganggap kejadian ini sangat mengganggu stabilitas
keamanan sehingga merugikan iklim investasi.
Bila dikaitkan dengan manejemen isu maka hal
yang pertama dilakukan oleh Manajemen hotel adalah melakukan pendekatan sistem dimana
pemindaian lingkungan untuk mendapatkan informasi bagi pembuatan keputusan
organisasi selanjutnya dalam hal ini pihak manajemen meminta bantuan pihak
berwajib untuk menyelidiki siapa dan motif apa yang dilakukan pelaku dalam
trage pem-boman tersebut setelah itu.
pihak manajemen pun melakukan kelanjutan
Proses majemen isu dimana manejemen hotel akan
6. Mengidentifikasi
isu
7. Menentukan
dampak dari tiap isu
8. Membuat
prioritas isu dan melaporkan stasus pengembangan isu
9. Meninjau
semua masalah dan meutuskan suatu tindakan
10. Mengambil
langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dengan cepat
Untuk
mengantisipasi dampak akibat kasus teror bom tersebut Departemen Perhubungan
dan Pariwisata dengan segera membentuk tim crisis center beberapa
saat pasca kejadian. Langkah cepat tersebut diambil guna mengantisipasi akibat
yang lebih serius lagi bagi dunia pariwisata Indonesia.Dengan mengacu
pada Standard Operational Procedure (SOP) yang pernah
diterapkan pada kasus Bom Bali II, Dephubpar telah menyiapkan
langkah-langkah strategis guna pemulihan (recovery) citra
pariwisata Indonesia. Langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa Dephubpar
telah memilikimanajemen krisis yang baik.
Krisis
adalah kejadian-kejadian yang luar biasa dan tidak terduga yang
berpotensi menimbulkan dampak (akibat) yang cenderung negatif. Krisis
dapatyang dapat menimpa siapa saja, kapan saja. Krisis dapat dipandang sebagai
salah satu faktor resiko yang harus diperhitungkan dan dipersiapkan dengan
baik. Bagi perusahaan-perusahaan besar, menerapkan manajemen krisis merupakan
suatu keharusan. Tanpa kesiapan yang baik, perusahaan akan gagap atau panik
menghadapi kejadian yang tidak terduga, sehingga sering salah dalam mengambil
tindakan.
Menurut Laurence Barton, sebuah krisis adalah peristiwa besar yang tak terduga yang secara
potensial berdampak negatif terhadap baik perusahaan maupun publik. Peristiwa ini mungkin secara cukup berarti
merusak organisasi, karyawan, produk dan jasa yang dihasilkan organisasi,
kondisi keuangan dan reputasi
perusahaan.
Pada Kasus
bom JW Marriot tahun 2009 lalu merupakan
peristiwa besar yang tak terduga yang secara potensial berdampak negatif bagi
perusahaan hotel JW Marriot ini, begitupun dengan publik yang menjadi takut
atau enggan menginap di hotel JW Marriot karena kejadian bom 5 tahun lalu. Peristiwa
ini secara cukup berarti merusak organisasi yakni merusak citra atau nama baik
JW Marriot yang selama ini dikenal baik oleh masyarakat, karyawan di hotel
tersebut juga ada beberapa yang mengalami luka dan meninggal saat kejadian bom
tersebut. Hal ini berimbas pada kondisi keuangan yang menurun karena jumlah
tamu yang menurun drastis karena kejadian ini, reputasi perusahaan menjadi
tidak baik yang menjadi penyebab menurunnya pendapatan di Hotel JW Marriot.
Penyebab
krisis dalam sebuah organisasi/perusahaan, dapat timbul dari internal
maupun eksternal. Krisis internal biasanya terjadi akibat sistem manajerial
organisasi yang buruk, benturan-benturan antar kepentingan
internal (karyawan dengan karyawan, karyawan dengan manajemen, manajemen
dengan owner,dll). Sedangkan krisis ekternal terjadi akibat
benturan organisasi dengan publiknya (kegagalan produk, isu lingkungan,
pelayanan yang buruk, human error, dll).
Kegagalan
organisasi dalam menghadapi krisis dapat menimbulkan citra negatif yang
berdampak pada menurun, bahkan hilangnya kepercayaan publik. Sebaliknya,
keberhasilan organisasi dalam menghadapi krisis dapat membuka kesempatan yang
jauh lebih besar untuk mendapatkan dukungan publik. Inilah yang disebut
kemampuan mengubah krisis menjadi peluang.
Faktor
penyebab krisis yang terjadi di Hotel JW Marriot ini adalah karena krisis
terkait masalah kriminal, krisis ini belakangan sering terjadi. Krisis jenis
ini merupakan ancaman besar untuk perusahaan. Krisis yang terjadi di di hotel
JW Marriot ini diduga karena terkait masalah terorisme.
Hal yang
perlu dilakukan oleh Hotel JW Marriot adalah sebagai berikut :
1.
Mempersiapkan Contingency plan (anggota tim krisis
manajemen yang dapat di bentuk dalam waktu singkat, selalu adakan pelatihan
untuk menghadapi krisis Bom JW Marriot ini.
2.
Segera umumkan official spokeperson (anggota tim
krisis) yang berhak bicara dan memberikan keterangan mengenai krisis Bom JW
Marriot ini ke publik dan Media.
3.
Bergerak cepat
4.
Gunakan Konsultan Manajemen krisis (saran dari
konsultan PR sangatlah penting)
5.
Memberikan informasi yang akurat dan benar (mencoba
untuk memanipulasi informasi akan berbalik menjadi bahaya jika kebenaran
ditemukan.
6.
Ketika memutuskan untuk bertindak, jangan hanya
memperimbangkan kerugian jangka pendek tetapi fikirkan juga efek jangka
panjang.
Media Relations disaat
Krisis
Satu-satunya informasi
yang bisa diterima oleh masyarakat saat krisis terjadi ialah melalui media
pers. Oleh karena itu hubungan dengan media merupakan unsur penting selama
komunikasi krisis. Perusahaan harus berusaha untuk jujur dan ramah ketika
berhadapan dengan media.
|
Dalam teori tersebut menjelaskan
bahwa perusahaan memerlukan adanya media komunikasi untuk menyampaikan
informasi-informasi tentang perusahaan kepada masyarakat. Dengan data-data yang
dimiliki oleh Hotel JW Marrtiot (seperti rekaman kamera cctv saat kejadian
terror bom), pihak perusahaan dapat menjelaskan kepada masyarkat
kronologis-kronologis kejadian yang dialami di hotel ini.
PR
harus menjelaskan kepada media kronologis kejadian dengan jujur dan bijaksana.
Terutama pada investor-investor Hotel JW Marrtiot, yakinkan mereka bahwa krisis
yang ada dapat ditangani oleh pihak Hotel JW Marrtiot.
Tetap berhubungan
dengan masyarakat, khususnya mereka yang terlibat secara langsung seperti
korban dan invetor-investor hotel. Pastikan media tetap menginformasikan
situasi terbaru atau biarkan mereka tahu bahwa krisis telah berakhir. Tinjau
ulang kebijakan internal untuk menghindari terulangnya situasi.
Pengertian Isu
Pengertian
isu dari berbagai sumber memiliki persamaan yaitu adanya suatu masalah yang
terdapat di suatu organisai yang harus ditangani, jadi kesimpulan dari
pengertian isu adalah suatu masalah yang terjadi pada suatu organisasi yang
berdampak bagi organisasi tersebut dan
pihak yang memiliki kepentingan dengan organisasi tersebut
Penyebab Isu
-
Ketidakpuasan sekelompok masyarakat
Ketidakpuasan sekelompok masyarakat ini terjadi ketika
keinginan, kebutuhan, harapan dan kepentingan masyarakat tidak terpenuhi, maka
berbagai isu akan merebak, sebagai contoh kasus yang terjadi di daerah istimewa
Yogyakarta dimana ketidakpuasan masyarakat atas rencana pemerintah yang akan meninjau ulang status keristimewaan Yogyakrta yang melahirkan berbagai isu tentang
memburuknya hubungan Presiden SBY dengan Sri Sultan.
-
Terjadinya peristiwa dramatis
Peristiwa
dramatis adalah magnet yang kuat untuk menciptakan suatu isu, seperti pada kasus ponari dimana ia tiba-tiba
terkenal di indonesia ketika dikabarkan
berhasil mengobati orang sakit dengan
hanya sebuah batu, Media massa meliput bahwa tak kurang setiap hari 5000 orang datang dari penjuru
Indonesia rela antri berjam-jam untuk diobati Ponari
-
Perubahaan sosial
Setiap
perubahan selalu memunculkan is,
contohnya pada kasus perubahan peta politik Indonesia pada tahun 1998
melihrkan puluhan is, diantaranya Jatuhnya rezim suharto, kudeta kepemimpinan
nasional, melemahnya nilai rupiah dll
-
Kurang optimal nya kekuatan pemimpin
Ketika
suatu publik tidak menyukai pemimpinnya bahkan tidak mempercayainya maka isu
akan muncul sperti pada contoh Publik Indonesia yang tidak puas dengan
kepemimpinan PSSI dibawah Nurdin Halid yang sempat terlibat kasus korupsi,
Hampir setiap kali timnas bertanding di stadion Gelora Bung Karno selalu dada
spanduk yang meminta Nurdin Halid turun dari jabatannya.
Jadi
kesimpulan penyebab isu yaitu, isu muncul dan berkembang ketika ada perubahan atau ketidak sesuaian antara antara
lingkungan atau harapan publik terhadap
organisasi
Manajemen Isu
Pengetian
manajemen isu
Setalah
mengamati pengertian manajemen isu dari beberapa sumber di atas maka kesimpulan
dari pengertian manajemen isu yaitu, manajemen isu adalah suatu proses
manajemen yang bertujuan untuk membantu : 1. Menjaga hubungan organisasi baik
internal maupun eskternal, 2. Mengurangi resiko, 3. Mencipatkan peluang dan 4.
Mengelola citra sebagai aset organisasi/perusahaan baik untuk kepentingan
organisasi itu sendiri maupun para
stakeholder.
Pendekatan manajemen isu
-
Pendekatan Sistem (System Approach)
Pendekatan
ini mempromosikan respons yang lebih sistematis dan efektif dengan bertindak sebagai kekuatan koordinasi dan
integrasi di dalam organisasi. Ketika isu ditemukan maka manajamen bertindak
sebagai pembersih untuk sejumlah fungsi potensial seperti memeberikan saran,
edukasi,informasi,penyelesaian masalah dan merespons media.
-
Pendekatan Stratejik (strategic
reduction of uncertainty approach)
Inti
dari konsep ini adalah diagnosis isu stratejik. Isu stratejik adalah peristiwa
perkembangan atau tren yang dianggap memiliki pengaruh bagi kinerja organisasi
-
Pendekatan Restoris (Retborical
approach)
Pada
pendekatan ini organisasi berupaya membawa isu melalui siklusnya sehingga dapat
diselesaikan sesuai dengan tujuan organisasi, dengan demikian manajemen isu
dapat mempengaruhi dan memformulasikan kebijakan bagi publiknya
-
Pendekatan terintegrasi.
Ada
tiga asumsi yang dikemukakan dalam pendekatan ini yaitu:
1. Manajemen
isu membantu organisasi tumbuh dan bertahan hidup karenamemberikan organisasi
alat untuk memaksimalkan peluang.
2. Publik
tidak hanya terbatas aktivis atau pemerintah, publik menghatapkan kepedulian
lebih besar dalam tindakan orgaisasi dan hubungan organisai dan publik harus
tetap berlanjut walaupun siklus hidup sebuah idu telah berakhir
3. Pendekatan
integrasi menghargai nilai hubungan antar organisasi dengan publiknya dan
merupakan landasan dari pendekatan terintergrasi. Pendektan ini memfokuskan
pada bagaimana organisasi melibatkan publik sebelum,dalam dan setelah sebuah
isu melewati siklusnya
Proses
Manajemen Isu
-
Isu yang tidak dikelola dengan baik,
akan menyebabkan krisis dan krisis berpotensi menganvam reputasi perusahaan
maka setiap perusahaan atau ptaktisi PR sudah seharusnya mampu mnegendalikan
dan mengelola isu.
-
Proses manajemen isu merupakan satu set
prosedur yang membantu perusahaan mengelola masalah-masalah yang terjadi.
-
Sebuah proses manajemen isu membantu
merekam setuap masalah dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk
mnyelesaikannya
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
4.1 Kesimpulan
Seorang Public Relation (PR)
bagaikan besi penyangga jembatan (media) informasi bagi masyarakat. Seorang PR
dituntut untuk memperindah reputasi sebuah perusahaan oleh karena itu hubungan
baik PR dengan media massa harus dipertahankan dengan sebaik-baiknya. Tanpa PR,
media takkan bisa mempunyai informasi yang akurat mengenai suatu perusahaan,
dan sebaliknya tanpa media, reputasi perusahaan takkan tercium oleh masyarakat
luas.
Dalam penanganan suatu isu
dan krisis, bila pihak perusahaan dapat mendekatkan diri pada media. Maka
krisis ini dapat diminimalisir dengan catatan pengelolaan media dengan baik
seperti Menindaklanjuti
pemberitaan media dan membangun hubungan baik dengan media
4.2 Saran
1.
Bila ada status krisis baik itu
besar/kecil harus dapat diatasi dengan cepat dan tuntas karena krisis yang
kecilpun akan menjadi besar bila tidak tertangani dengan baik. Sehingga krisis
cenderung menjadi meluas dan merugikan banyak pihak. Seorang PR hendaknya
bersikap cepat dan tanggap dalam menyikapi semua gejolak yang terjadi di
masyarakat sehingga tidak berkembang menjadi suatu krisis yang dapat merugikan
instansi.
2.
Melihat akar permasalahannya , maka PR
harus senantiasa membangun komunikasi dengan media. Jangan hanya saat terjadi konflik di
masyarakat. Dalam menentukan strategi manajemen, komunikasi eksternal harus
menjadi bagian penting yang tidak boleh diabaikan, dan pada masa yang akan
datang sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan opini yang berkembang di
masyarakat.
3.
Sebagai sebuah unit kerja, PR memegang
tanggung jawab dan penciptaan komunikasi yang baik antara manajemen dan
masyarakat, sehingga bidang ini nantinya dapat benar – benar menjadi jembatan
komunikasi antara perusahaan dan para stakeholder-nya
DAFTAR
PUSTAKA
Firsan Nova, Crisis Public Relation, Penerbit
Grasindo. Jakarta 2009
Firsan Nova, Re-Crisis Public Relation. Penerbit
Media Bangsa Jakarta; 2012
Manurung laurensius, Strategi dan Inovasi Model Bisnis.PT Elex Media
Komputindo. Jakarta 2010
Wasesa agung silih, STRATEGI
PUBLIC RELATION
.PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 2006
Internet :
http://princessartzhevantgon3.blogspot.com/peran-public-relations-officer-dalam_29.html
E-JURNAL
Kyung
Kim Hye and Un Yang Sung, 2009, “Cognitive Processing of Crisis
Communication: Effects of CSR and Crisis Response Strategies on Stakeholder
Perceptions of a Racial Crisis Dynamics”Volume
3 No.1, http://www.prsa.org/Intelligence/PRJournal/Vol3/No1/#.VDNZnVeke_K, 29 September 2014.
0 komentar:
Posting Komentar